Saturday, August 29, 2020

cerpenku : Menghapus Satu Dari Sejuta Hari di Dalam Hidup

 

Menghapus Satu Dari Sejuta Hari di Dalam Hidup

Pagi itu suara kicauan burung menyerang tajam di telinga. Burung – burung berkicau senada mendendangkan lagu menggambarkan indah dan segar angin menyejukkam jiwa. Sesekali terdengar suara teriakan para penjual yang sedang berkililing di daerah kompleks perumahan untuk mencari nafkah dengan meneriakkan jualannyanya. Berharap mendapatkan cukup rezeki untuk membiayai kebutuhan keluarga nya.

 

Berbeda dengan keadaan di luar yang riuh, suasana sunyi di sebuah kamar gelap, hanya diterangi sinar matahari yang masuk melalui sela – sela  jendela kamarnya yang kecil.Terlihat tumpukkan novel yang berserakan di atas tempat tidur itu seseorang masih terbaring dan tak ingin melakukan aktivitas apapun untuk hari ini. Hari ini adalah hari dimana ibunya di panggil oleh yang kuasa, satu hari yang ingin dia lupakan dari berjuta hari yang telah dilaluinya karena kenangan pahit, sedih dan kecewa yang timbul di hari tersebut.

 

Dia adalah Rina Veronika, seorang mahasiswi Akuntansi sebuah perguruan tinggi negeri di Kota Malang. Terhitung sejak 3 tahun lalu Ia menginjakkan kaki di kota idaman Nan sejuk tersebut untuk menimba ilmu di Universitas Negeri Malang. Kota malang merupakan tujuan akhir yang ingin dia tuju agar terhindar dari pengawasan Ayah dan Ibu tirinya. Perempuan yang sering disapa dengan panggilan Ria, lahir di Kalimantan dan merupakan anak tunggal dikeluarganya.

“ Aku berharap bisa melupakan hari ini di dalam hidupku. Aku ingin menghapus setiap detik, menit kejadian menyakitkan 5 tahun silam yang terjadi dalam memori ingatanku.” Ucapnya terisak sambil menatap foto yang di genggamnya.

 

Semua hal indah yang terjadi dalam hidupnya sirna seketika bersama mimpi indahnya. Kehidupan yang sempurna dari keluarga yang harmonis dan kasih sayang dari kedua orang tuanya tak bisa ia rasakan lagi sejak di tinggal Ibu kandungnya 5 tahun yang lalu. Rina merupakan seorang anak yang manja hal ini karena dia merupakan anak tunggal sehingga kedua orang tuanya sangat menjaganya. Terlihat saat Rina duduk di sekolah Dasar, setiap pagi ibu dan ayah akan selalu menyiapkan segala kebutuhan Rina tanpa kurang satu apapun.

“ Rina… bangun, Nak! Sudah jam 7 nanti kamu telat kesekolahnya sayang.” Ucap ibunya yang membujuknya.

“ Ahh… Ibu aku mohon 30 menit lagi yah, Bu.” Sahut Rina.

“ Nanti ayah ajakin kamu belanja sepulang sekolah, ayo cepat bergegas.” Bujuknya.

“ Dengarkan apa yang di katakana ayah, ayo cepat! Ibu sudah siapin sarapan dan segala kebutuhan sekolah kamu, Nak.” Kata ibu.

Mendengar apa yang dikatakan Ayah dan Ibunya Rina pun bergegas bangun. Momen itulah yang selalu terjadi setiap pagi kala Rina malas ke sekolah. Kedua Orang tuanya akan membujuk dengan berbagai hal agar dia bisa mendengar Orang tuanya. Karena jarak rumahnya lumayan jauh dengan sekolah Ayahnya yang berprofesi sebagai seorang Tentara pun akan selalu mengantarnya pergi dan pulang sekolah. Ayahnya akan menunggu di depan gerbang sekolah dan menatap satu persatu setiap murid yang keluar untuk mencari Rina. Hal itu dilakukan ayahnya karena tidak ingin kejadian yang sama terulang kembali pada anak semata wayangnya itu, karena Rinapernah jatuh dan terseret Motor karena saat itu dia yang tengah kabur dari Ayahnya dan pulang bersama teman kelasnya  yaitu Sari dan Ika.

“ Aku akan mengalihkan pandangan Ayah mu , jadi kau bisa kabur hari ini.“ Kata Sari.

“ Tapi aku takut, Ayahku pasti akan menemukan ku.“ Sahut Rina khawatir.

“ Tenanglah, Sari akan mengecohkan Ayah mu dan aku akan membantu mu bersembunyi di balik teman – teman yang keluar gerbang agar tidak terlihat oleh Ayah mu.” Ucap Ika.

Mereka pun mulai mengatur rencana Rina lolos pada hari itu. Mereka bertiga pun pulang bersama menggunakan sepeda motorn milik Ika, saat beberapa meter dari sekolah, Rina yang duduk dipaling belakang terjatuh karena Rok sekolahnya tersangkut di dalam ban motor sehingga membuat Rina terseret sekitar beberapa meter. Semua orang kaget dan Ayahnya yang saat itu menemukan Rina sedang di kerumuni teman – teman sekolahnya. Ayahnya segera membawa Rina ke Puskesmas untuk mendapatkan perawatan.

 

Berbagai moment tercipta terus – menerus dalam keluarga Rina sampai suatu saat Ia di kejutkan oleh berita bahwa sang ibu tengah berada di rumah sakit. Saat itu Ia duduk di kelas 5 SD, Ibunya telah diketahui mengidap Penyakit Kanker Payudara, itu di ketahui orang tuanya saat mereka melakukan perjalanan dinas di Jakarta dan kebetulan Rina tidak bisa pergi bersama kedua Orang tuanya. Dia di titipkan bersama kakak sepupunya Tika yang kebetulan sedang libur Semester.

 

Beberapa bulan Sebaliknya dari perjalanan dinas, tiba – tiba ibunya yang kala itu sedang duduk di ruang tamu roboh seketika membuat Rina kaget dan berteriak.

“ Ibu..Ibu….Ibu kenapa....” Ucap Rina panic.

“ Ayah …Ayah cepat kesini Ibu tiba – tiba saja pingsan.” Panggil ayahnya sedang berada di teras rumah.

Mereka pun segera membawa Ibunya ke rumah sakit mendapat pertolongan. Rina yang tidak pernah mengalami kejadian tersebut menangis sambil menggenggam tangan ibunya. Ayahnya pun menenangkannya sambil berkata bahwa ibu hanya kecapean saja namun hal itu tak membuat Rina berhenti menangis. Selang satu jam pun, ibu nya sadar dan Rina langsung memeluk ibunya. Dokter segera datang dan memeriksa Ibu nya dan memanggil Ayah nya untuk berbincang sebentar tentang kondisi Istrinya itu. Tak sengaja ditengah pembicaraan, Rina mendengar percakapan mereka. Rina saat itu tengah perjalanan ke toilet. Ia kemudian berlari dan terdiam seketika setelah mendengar percakapan antara Ayahnya dan Dokter. Ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Seketika Ia terjatuh di lantai, kakinya lemas seakan tak punya kekuatan untuk bangkit setelah mendengar apa yang terjadi pada Ibunya. Ia menangis sejadi – jadinya dan pandangannya kosong pikirannya di hantui oleh ketakutan bahwa ibunya akan meninggalkannya .

“ Aku tidak ingin Ibu pergi meninggalkanku sendiri. Bagaimana caranya aku akan hidup tanpa ibu.” Ucapnya sambil menangis.

Pikiran itu membuatnya tak bisa menahan air mata yang menetes di pipinya. Sejenak dia terdiam dan merenung, apa yang harus dia lakukan saat kembali nanti di kamar dan bagaimana dia harus menghadapi Ibu dan Ayahnya yang ternyata telah menyembunyikan Penyakit ibunya,  kemudian dia pun segera menghapus air mata dan kembali ke kamar perawatan ibunya seperti tidak terjadi apa –apa, dia duduk memandangi ibunya yang sedang terbaring tak berdaya di kamar perawatan.

 “ Ya Allah , Engkaulah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Hamba mohon kepadamu sembuhkan lah ibu seperti sedia kala. Angkatlah penyakitnya dan buatlah dia bisa tersenyum seperti sedia kala. Hamba mohon kepadamu, aku ikhlas kalau aku saja yang merasakan sakit itu jangan ibuku Ya allah.“ Sambil menatap ibunya tanpa sadar air mata telah membasahi pipi mungilnya.

 

Berminggu – minggu sudah ibunya di rawat di rumah sakit dengan berbagai pengobatan yang sudah di jalaninya. Rina selalu semangat pada Ibunya, dia selalu tetap tersenyum di depan ibunya agar ibunya tidak patah semangat. Namun, tidak ada perubahan pun dari penyakitnya tersebut. Ayahnya mengatakan ke dokter untuk dilakukan operasi dan hal itu disetujui. Berbagai persiapan yang dilakukan oleh Ayahnya salah satunya dana untuk operasi. Namun, takdir hidup dan mati setiap manusia telah di gariskan oleh Allah Swt. Beberapa minggu sebelum direncanakan operasi Ibunya telah di panggil menghadap sang kuasa. Rina mendengar kabar tersebut saat dia sedang mengikuti pelajaran di Sekolahnya. Tiba – tiba kakak sepupunya mengetuk dengan pelan pintu kelas Rina dan seketika Wali kelas pun menghampiri nya. Dengan wajah cemas dan mata yang membengkak dia meminta ijin untuk menjemput Rina karena kabar Ibunya meninggal.

Tanpa mengetahuinya, Rina ikut bersama kakak sepupunya. Di tengah perjalanan kakak sepupunya memberi tahu Rina dengan sangat hati – hati.

“ Rina… kamu jangan kaget yah , ada yang ingin kakak sampaikan.“ Ucap kak Tika.

“ Iya ada apa, Kak ? apa ini tentang Ibu ? jawab aku kak.“ Ucap nya cemas.

“ Ibu..ibu kamu meninggal Rin, kakak juga baru dapat kabar dari Ayah kamu. Sempat kondisinya kritis terus nyari – nyari kamu tapi kamu lagi di sekolah tadi.” Ucap kak Tika.

Kata – kata yang keluar dari mulut Kak Tika membuat ku terdiam tak bisa berpikir apapun. Seketika pandanganku gelap dan air mataku bahkan terasa membeku bersama pikiran yang merasa dunia menggelap tanpa ada sinar sedikitpun, akupun pingsan tak sadarkan diri dalam perjalanan itu. Saat sadar aku sudah berada di kamarku, pandangan masih terlihat abu – abu. Kak tika yang berada di dekatku pun mencoba menyadarkan dan membuat ku bangun. Aku mendengar lantunan Al. qur’an dari luar kamar. Membuatku berlari keluar kamar dan mencoba mendekati ibuku yang telah terbaring tak berdaya.

Hari – hari yang Rina lalui sepeninggal ibunya membuatnya belum bisa melakukan aktivitasnya seperti semula. Setelah setahun berlalu, terdengar kabar bahwa Ayah nya akan menikah lagi. Rina menolak dengan keras. Ia pun mencoba menggantikan peran ibunya dengan baik dalam pekerjaan rumah walaupun dia tidak pandai dalam memasak agar Ayahnya bisa menghilangkan keinginannya untuk menikah lagi. Suatu hari sepulan sekolah dia membuatkan makan siang berharap ayahnya dapat menikmati masakannya. DIa menunggu di ruang tamu tak lama kemudian Ayahnya pulang dan segera mengajaknya menuju meja makan.

“ Ayah , Rina udah masak makan siang.” Ucapnya penuh harap.

“ Iya , Entar Ayah ke situ ya.” Jawabnya.

Kemudian ayahnya menuju ke meja makan dan siap menyantap makanan buatan Rina. Melihat hal itu Rina sangat bahagia. Tapi Ayahnya tiba –tiba berhenti makan dan melempar seluruh makanan yang ada di piring ke wajah Rina sontak dia kaget dan tak bisa berkata apapun

“ Jadi, ini yang akan kau masakan setiap hari untuk Ayah. Makanan asin seperti ini yang akan kau berikan untuk Ayahmu setiap hari.” kata Ayahnya sambil membentak.

“ Rina hanya terdiam sambil berlinang air mata”.

“ Kenapa tidak kau izinkan saja Ayah menikah ini juga demi kebaikanmu supaya ada yang mengurusmu saat Ayah sedang sibuk.” Ucap Ayah Rina dengan tegasnya.

Mendengar semua perkataan Ayahnya, dia pun berlari ke dalam kamarnya. Dia menangis dan tak tahu apa yang harus dilakukan, niat baiknya malah di hina seperti itu, dia pun mencoba bunuh diri dengan meminum beberapa obat yang tersimpan di dalam kamar sampai mulutnya berbusa dan tergeletak di lantai kamar tidurnya. Ayah dan calon Ibu tirinya yang saat itu mendapati Rina langsung panic dan segera menghubungi dokter. Setelah diperiksa diapun sadar dan sudah berada di atas tempat tidur di sampingnya terdapat calon istri dari ayahnya sedari tadi merawat Rina,menyadari itu dia segera mengusirnya namun Ayahnya menahan Rina untuk melakukan itu. Rina yang marah pun berlari sekencang – kencangnya sampai dia berada di tempat dimana ibunya di kebumikan yang tak jauh dari rumahnya. Di situ, dia menangis dan meluapkan seluruh amarahnya.

“ Ibu, ayah tidak menyayangiku lagi. Ayah tidak seperti dulu yang selalu memanjakanku. Ayah ingin menikah lagi dan melupakan kita. Aku tidak ingin pulang dan tinggal bersama mereka biarkan saja aku tinggal disini bersama Ibu.“ Sambil menangis.

Namun, ayah Rina tetap kukuh sama keinginannya untuk menikah walau tanpa persetujuan dari Rina dan keluarga besarnya, selang satu minggu setelah ayahnya menikah. Ia menemui Neneknya dan berusaha kabur ke luar kota. Ia tak sanggup untuk hidup bersama ibu tirinya yang selalu mencari alasan agar dia di marahi dan dipukuli oleh Ayah nya sendiri. Setelah berhasil sampai di bandara Rina berencana pergi ke malang dan melanjutkan kuliah disana berkat usulan dari Neneknya. Ayahnya mengetahui kabar itu segera menyusulnya ke bandara namun pesawat yang Rina naiki sudah lepas landas sejak 1 jam yang lalu. Di tengah penerbangan, Rina senang bisa terlepas dari pengawasan ibu tirinya namun tidak kuat harus meninggalkan ayah dan Ibu kandungnya bersama semua kenangan bersama keluarganya dulu. Kenangan masa kecil adalah masa yang paling indah saat keluarganya masih lengkap seperti dulu. Setiap detik moment yang tercipta teringat jelas di kepalanya. Moment indah tanpa ada sandiwara yang mengalir begitu sederhana tanpa ada beban juga masalah yang akan berujung sakit dan tak mungkin bisa terulang kembali. 

 

Rinapun menjalani hari dengan membuka lembar baru di hidupnya. Kuliah sambil kerja adalah hal pertama terlintas dipikirannya sesampainya dia di kota Malang. Kerja untuk membiayai segala kebutuhannya. Kadang – kadang Neneknya pun mengirimkan uang jajan untuk Rina. Sampai sekarang dia tidak tahu bagaimana kabar ayahnya dan ia tidak ingin mengetahuinya. Ia yakin bisa melalui semua itu sendiri dan tidak berniat sekalipun untuk menghubungi ayahnya untuk sekedar bertanya keadaan Ayahnya tersebut. Rasa sakit dan kecewa masih jelas ia rasakan, dia berharap sekalipun tidak mengetahui kabar ayahnya , semoga ayahnya selalu di berikan kesehatan dan umur panjang karena bagaimanapun hubungan ayah dan anak perempuan adalah sakral dan istimewa tidak bisa digantikan oleh apapun dan siapapun itu. Dia akan berusaha agar bisa sukses tanpa Ayah dan ibunya. Ia ingin menunjukan kepada mereka bahwa dia bisa lebih baik lagi tanpa mereka dan bisa hidup mandiri.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Biodata penulis :

 

 

Jumrahyana, lahir di Raha, Sulawesi tenggara, 10 Oktober 1997. Saat ini tercatat sebagai Mahasiswi S1 Farmasi di Universitas Indonesia Timur, Makassar. Ia mulai menekuni dunia literasi saat duduk di dunia perkuliahan dan terus menulis untuk mengasah dirinya. Salah satu cerpen yang di tulisnya yaitu . Cahaya Ramadhan dari Negeri Ginseng(2019) yang di terbitkan dalam buku Edisi Ramadhan mendatang. Kini ia masih aktif sebagai Mahasiswa Farmasi tingkat akhir dan masih tetap mendalami dunia kepenulisan. Medsos: IG@yana_jmr.

No comments:

Post a Comment

My ramadhan journal#

Precious times🌠 _ my Ramadhan journal " This is My summary when I read Surah Muhammad this morning. There is one paragrap...