Saturday, August 29, 2020

cerpen ku : Harapan Di Balik Cucuran Keringat Ibu

 

Harapan Di Balik Cucuran Keringat Ibu

Setiap manusia tentu memiliki seseorang yang sangat berarti di dalam hidupnya. Bagi Dyana, sosok itu adalah seorang Bidadari tak bersayap yang ia panggil Ibu. Sejak kecil, Ibu selalu ada untuknya, memberikan cinta & kasih sayang tanpa menuntut balasan. Hampir seluruh tenaga dan waktu ia habiskan untuk mengurus keluarga. Namun, Ibunya menyisahkan sedikit waktu demi menemani masa pertumbuhan Dyana.

Pagi itu Dyana duduk termenung di temani sinar matahari.

“Ibu, aku ingin Sekolah seperti Kak Dila dan Kak Ali”

“Iya, besok kita coba daftar ke Sekolah ya, Nak!!”.

Begitulah percakapan Pagi antara Dyana dan Ibunya. Kak Dila merupakan anak tetangganya yang sekarang duduk di bangku kelas 3 SD dan Kak Ali yang merupakan kakak kandungnya yang sekarang sedang berkuliah di luar kota. “Ingin Sekolah” merupakan kalimat yang sering diucapkan Dyana setiap pagi, bahkan ucapan itu telah ratusan kali keluar dari mulut mungilnya.

Keesokan harinya, tibalah mereka di salah satu Sekolah Dasar. Mereka masuk dan mulai mengantri untuk pendaftaran siswa baru.

“Maaf Bu, anaknya belum bisa diterima batas pendaftaran siswa minimal 6 Tahun tunggu setahun lagi baru balik mendaftar”

“Iya, saya tahu anak saya masih berumur 5 Tahun. Tetapi, tolong untuk diterima saja Bu Guru karena anak saya selalu menangis ingin masuk Sekolah. Biar ngak dinaikkin kelas juga ngak apa-apa kok”.

Begitulah percakapan salah satu Guru dengan Ibunya Dyana yang akhirnya anaknya pun diterima dengan syarat. Mereka pun bergegas pulang ke rumah sambil bergandengan tangan. Di tengah perjalanan pulang tiba-tiba Dyana berjongkok dan menatap sebuah kertas kosong.

“(Sambil terbata-bata) I-N-I-I-B-U-S-A-Y-A”. Sambil berjongkok dan membaca kertas kosong.

“Ayo, berdirilah. Nanti sampai dirumah baru dibaca lagi ya!”

Melakukan hal tersebut merupakan kebiasaan Dyana yang selalu ia lakukan saat menemukan kertas kosong yang ditemukannya berserakan di jalan. Hal itu membuat Ibunya tersenyum. Segala kegelishannya hilang melihat tingkah lucu anaknya tersebut.

Demi membayar biaya sekolah Dyana, Ibunya pun mulai membuat Kue dan Es serut dengan maksud akan menjualnya demi membantu pembayaran sekolah. Ibunya bekerja tanpa henti mulai pagi buta dengan membuat berbagai macam kue tanpa sadar hingga malampun tiba. Itu semua beliau lakukan demi anaknya agar bisa mengenyam  pendidikan dan merasakan dunia persekolahan seperti anak-anak lainnya.

“Bu, ayo tidur dulu aku sudah mengantuk”

“Nak, kamu tidur duluan aja yah sama Ayah. Sebentar lagi Ibu selesai kok”

“Tapi aku ingin tidur sama Ibu”(sambil merengek)

“Nak, ini Ibu lakuin supaya Ibu dan Bapak bisa bayar uang sekolah kamu Nak!”

“Ayo, tidur sama Ayah dulu yah, kita tunggu Ibu sampai selesai sambil baca dongeng kesukaan kamu”. Kata Ayah meyakinkan Dyana

“Iya, baiklah”

Itulah yang selalu dilakukan Ibunya, bekerja tanpa henti, cucuran demi cucuran keringat mengering sudah demi anaknya dengan harapan bahwa suatu hari anaknya akan sukses. Lelah mustahil tak dirasakan Ibunya. Namun, mengeluh tidak memberikan hasil yang berarti baginya.

Terdapat sebuah pribahasa “Kasih Sayang Ibu Sepanjang Masa, Kasih Sayang Anak Sepanjang Galah” pasti diantara kita sudah sangat mengenal pribahasa ini. Dimana, arti dari pribahasa tersebut yaitu kasih seorang Ibu kepada anaknya tanpa batas sedangkan kasih anak yang diberikan ke orangtuanya memiliki batasan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Biodata Penulis :

Nama Lengkap  : Jumrahyana

Alamat              :  Jl. Rappocini Raya lrg 11C,

                              Buakana, Makassar

TTL                     : Raha, 10 Oktober 1997

Nomor Hp           : 081341544243

Email                   : jumrahhyanaa@gmail.com

Ig                         : @dyana_jmr

 

No comments:

Post a Comment

My ramadhan journal#

Precious times🌠 _ my Ramadhan journal " This is My summary when I read Surah Muhammad this morning. There is one paragrap...