Harapan
Di Balik Cucuran Keringat Ibu
Setiap manusia tentu
memiliki seseorang yang sangat berarti di dalam hidupnya. Bagi Dyana, sosok itu
adalah seorang Bidadari tak bersayap yang ia panggil Ibu. Sejak kecil, Ibu selalu
ada untuknya, memberikan cinta & kasih sayang tanpa menuntut balasan.
Hampir seluruh tenaga dan waktu ia habiskan untuk mengurus keluarga. Namun,
Ibunya menyisahkan sedikit waktu demi menemani masa pertumbuhan Dyana.
Pagi itu Dyana duduk
termenung di temani sinar matahari.
“Ibu, aku ingin Sekolah
seperti Kak Dila dan Kak Ali”
“Iya, besok kita coba
daftar ke Sekolah ya, Nak!!”.
Begitulah percakapan
Pagi antara Dyana dan Ibunya. Kak Dila merupakan anak tetangganya yang sekarang
duduk di bangku kelas 3 SD dan Kak Ali yang merupakan kakak kandungnya yang
sekarang sedang berkuliah di luar kota. “Ingin Sekolah” merupakan kalimat yang
sering diucapkan Dyana setiap pagi, bahkan ucapan itu telah ratusan kali keluar
dari mulut mungilnya.
Keesokan harinya,
tibalah mereka di salah satu Sekolah Dasar. Mereka masuk dan mulai mengantri
untuk pendaftaran siswa baru.
“Maaf Bu, anaknya belum
bisa diterima batas pendaftaran siswa minimal 6 Tahun tunggu setahun lagi baru
balik mendaftar”
“Iya, saya tahu anak
saya masih berumur 5 Tahun. Tetapi, tolong untuk diterima saja Bu Guru karena
anak saya selalu menangis ingin masuk Sekolah. Biar ngak dinaikkin kelas juga ngak
apa-apa kok”.
Begitulah percakapan
salah satu Guru dengan Ibunya Dyana yang akhirnya anaknya pun diterima dengan
syarat. Mereka pun bergegas pulang ke rumah sambil bergandengan tangan. Di
tengah perjalanan pulang tiba-tiba Dyana berjongkok dan menatap sebuah kertas
kosong.
“(Sambil terbata-bata)
I-N-I-I-B-U-S-A-Y-A”. Sambil berjongkok dan membaca kertas kosong.
“Ayo, berdirilah. Nanti
sampai dirumah baru dibaca lagi ya!”
Melakukan hal tersebut
merupakan kebiasaan Dyana yang selalu ia lakukan saat menemukan kertas kosong
yang ditemukannya berserakan di jalan. Hal itu membuat Ibunya tersenyum. Segala
kegelishannya hilang melihat tingkah lucu anaknya tersebut.
Demi membayar biaya
sekolah Dyana, Ibunya pun mulai membuat Kue dan Es serut dengan maksud akan
menjualnya demi membantu pembayaran sekolah. Ibunya bekerja tanpa henti mulai
pagi buta dengan membuat berbagai macam kue tanpa sadar hingga malampun tiba.
Itu semua beliau lakukan demi anaknya agar bisa mengenyam pendidikan dan merasakan dunia persekolahan
seperti anak-anak lainnya.
“Bu, ayo tidur dulu aku
sudah mengantuk”
“Nak, kamu tidur duluan
aja yah sama Ayah. Sebentar lagi Ibu selesai kok”
“Tapi aku ingin tidur
sama Ibu”(sambil merengek)
“Nak, ini Ibu lakuin
supaya Ibu dan Bapak bisa bayar uang sekolah kamu Nak!”
“Ayo, tidur sama Ayah
dulu yah, kita tunggu Ibu sampai selesai sambil baca dongeng kesukaan kamu”.
Kata Ayah meyakinkan Dyana
“Iya, baiklah”
Itulah yang selalu
dilakukan Ibunya, bekerja tanpa henti, cucuran demi cucuran keringat mengering
sudah demi anaknya dengan harapan bahwa suatu hari anaknya akan sukses. Lelah
mustahil tak dirasakan Ibunya. Namun, mengeluh tidak memberikan hasil yang berarti
baginya.
Terdapat sebuah
pribahasa “Kasih Sayang Ibu Sepanjang
Masa, Kasih Sayang Anak Sepanjang Galah” pasti diantara kita sudah sangat
mengenal pribahasa ini. Dimana, arti dari pribahasa tersebut yaitu kasih
seorang Ibu kepada anaknya tanpa batas sedangkan kasih anak yang diberikan ke
orangtuanya memiliki batasan.
Biodata Penulis
:
Nama Lengkap : Jumrahyana
Alamat :
Jl. Rappocini Raya lrg 11C,
Buakana, Makassar
TTL : Raha, 10 Oktober 1997
Nomor Hp : 081341544243
Email : jumrahhyanaa@gmail.com
Ig : @dyana_jmr
No comments:
Post a Comment