LABORATORIUM
BIOFARMASEUTIKA
FAKULTAS
FARMASI
UNIVERSITAS
INDONESIA TIMUR
LEMBAR KERJA HASIL PRAKTIKUM
EFEK PILOKARPIN DAN
ADRENALIN TERHADAP HEWAN UJI MENCIT (Mus
musculus)
OLEH :
JUMRAHYANA
(15. 201.506)
KELAS : I – 15
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
TIMUR
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Sel saraf merupakan sel yang sangat
khusus yang dapat menghantarkan dan memicu rangsang listrik secara hayati.
Mereka berkomunikasi bersama dengan sel saraf lain melalui jaringan kerja yang
rumit dan dapat mengatur semua jaringan dan organ. Sel saraf dapat dirangsang
atau dihambat karena membrane sel saraf permeabilitasnya mudah berubah karena
pengaruh neurotransmitter endogen atau obat.
Sel saraf terdiri dari badan sel
yang didalamnya mempunyai inti sel, nucleolus, reticulum endoplsama,
mitokondria, badan golgi , diluarnya terdapat banyak dendrite kemudian bagian
yang menjulur yang menempel pada badan sel disebut akson hillock yang disambung
dengan juluran yang disebut akson.
Neurotransmitter adalah senyawa
yang disintesis, disimpan dalam saraf tempat dia bekerja, sekresinya tergantung
adanya ion kalsium, terdapat mekanisme cepat untuk inaktifasinya ( misalnya
hidrolisis). Neurotransmitter yang murni adalah asetilkolin yang terdapat pada
saraf parasimpatis, sehingga saat ini disebut juga saraf kolinergik. Reseptor kolinergik
dibedakan menjadi reseptor muskarinik dan nikotinik. Reseptor muskarinik
terdapat pada ganglia dan kelenjar, jantung, otot polos. Sedangkan nikotinik terdapat
pada ganglia otonom, adrenal medulla, SSP disebut nikotinik neural dan yang
terdapt pada sambungan otot disebut nikotinik muscle.
Perangsangan saraf parasimpatis ini
menyebabkan timbulnya beberapa efek farmakodinamik baik pada hewan atau manusia
yaitu : miosis (penyempitan pupil mata), peningkatan motalitas lambung dan
usus, tremor dan kejang, vasodilatasi perifer, bronkokontriksi, peningkatan salivasi,
keringat dan air mata, dieresis, ereksi dan muntah. Sedangkan Perangsangan
saraf simpatis yaitu straub, grooming yang berlebihan, midriasis,
vasokontriksi, bronkodilatasi, eksoftalmus, ejakulasi, relaksasi saluran cerna.
![]() |
BAB
II
METODE
KERJA
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan ada hari Rabu, 22 Februari
2017 pukul 13.00 WIT – selesai. Bertempat di Laboratorium Biofarmaseutika.
Fakultas Farmasi. Universitas Indonesia Timur, Makassar.
B.
Alat dan bahan
1.
Alat
a.
Gelas kimia 250 ml
b.
Gelas ukur 5 ml
c.
Pipet tetes
d.
Spoit injeksi 1cc
e.
Stopwatch
f.
Timbangan analitik
g.
Timbangan digital
2.
Bahan
a.
Aquadest
b.
Aqua pro injeksi
c.
Adrenalin (epinefrin) 1mg/ 1ml
d.
Hewan uji mencit (Mus musculus)
e.
Pilokarpin 2%
f.
Tissue
C.
Prosedur kerja
1.
Penyiapan hewan uji mencit (Mus musculus)
a.
Disiapkan alat dan bahan
b.
Diambil hewan uji mencit (Mus musculus) kemudian ditimbang
c.
Hewan uji dipusakan, dikelompokkann lalu
dipisahkan antara jantan dan betina
2.
Pembuatan larutan adrenalin 1mg/ 1ml
a.
Disiapkan alat dan bahan
b.
Dibuat larutan stok dengan memipet adrenalin 1
ml kemudian dicukupkan volumenya sebanyak 12,82 ml dengan menggunakan aqua pro
injeksi. Kemudian diambil 1 ml dari pengenceran pertama dan cukupkan dalam 20
ml
c.
Dimasukkan ke dalam wadah, beri etiket
3.
Pembuatan pilokarpin 2%
a.
Disiapkan alat dan bahan
b.
Dibuat larutan stok dengan memipet pilokarpin 1
ml kemudian dicukupkan volumenya sebanyak 12,82 ml dengan menggunakan aqua pro
injeksi. Kemudian diambil 1 ml dari pengenceran pertama dan cukupkan dalam 20
ml
c.
Dimasukkan ke dalam wadah, beri etiket
4.
Perlakuan hewan uji
a.
Pemberian adrenalin 1mg/ 1ml
1)
Disiapkan alat dan bahan
2)
Ditimbang hewan uji mencit. Setelah itu ujung
ekor hewan uji mencit diangkat. Kemudian dipipet, diantara jari manis dan jari
kelingking dan ibu jari telunjuk menjepit tengkuk hewan uji seerat mungkin
3)
Di spoit larutan adrenalin kemudian disuntikkan
di kulit bawah bagian perut dengan tidak mengenai usus secara perlahan, pada
hewan uji jantan diberikan 0,3 ml dan pada hewan uji betina diberikan 0,26 ml.
4)
Diamati efek farmakodinamik yang ditimbulkan
oleh adrenalin pada tiap selang waktu 5’, 10’,15’,20’,25’,30’
b.
Pemberian pilokarpin 2%
1)
Disiapkan alat dan bahan
2)
Ditimbang hewan uji mencit. Setelah itu ujung
ekor hewan uji mencit diangkat. Kemudian dipipet, diantara jari manis dan jari
kelingking dan ibu jari telunjuk menjepit tengkuk hewan uji seerat mungkin
3)
Di spoit larutan pilokarpin kemudian disuntikkan
di kulit bawah bagian perut dengan tidak mengenai usus secara perlahan, pada
hewan uji jantan diberikan 0,3 ml dan pada hewan uji betina diberikan 0,26 ml.
4)
Diamati efek farmakodinamik yang ditimbulkan
oleh adrenalin pada tiap selang waktu 5’, 10’,15’,20’,25’,30’
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
1. Tabel pengamatan
No
|
Efek
neurofarmakologi
|
Gender
|
Obat yang digunakan
|
|||||||||||
pilokarpin 2%
|
adrenalin 1mg/ 1ml
|
|||||||||||||
5
|
10
|
15
|
20
|
25
|
30
|
5
|
10
|
15
|
20
|
25
|
30
|
|||
1
|
Midriasis
|
Jantan
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
Betina
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||
2
|
Miosis
|
Jantan
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
Betina
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||
3
|
Vasokontriksi
|
Jantan
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
+
|
Betina
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||
4
|
Vasodilatasi
|
Jantan
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
-
|
Betina
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||
5
|
Bronkokontriksi
|
Jantan
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
Betina
|
-
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||
6
|
Bronkodilatasi
|
Jantan
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Betina
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||
7
|
Grooming
|
Jantan
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Betina
|
+
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||
8
|
Straub
|
Jantan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
Betina
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
||
9
|
Salivasi
|
Jantan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
+
|
Betina
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
||
10
|
Dieresis
|
Jantan
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Betina
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||
11
|
Diare
|
Jantan
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
Betina
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
||
12
|
Ereksi
|
Jantan
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
Betina
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||
13
|
Ejakulasi
|
Jantan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Betina
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||
14
|
Tremor
|
Jantan
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Betina
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||
15
|
Kejang
|
Jantan
|
-
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
Betina
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
||
16
|
Eksoftalmus
|
Jantan
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Betina
|
-
|
+
|
+
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
||
17
|
Muntah
|
Jantan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Betina
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan : ( + ) ada
efek
(
- ) tidak ada efek
B.
Pembahasan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dengan
efek pilokarpin 2% dan adrenalin pada hewan uji mencit (Mus musculus) yang digunakan yaitu 2 mencit jantan dan 2 mencit
betina.
Pada hewan
uji mencit (Mus musculus) jantan I
yang menggunakan obat pilokarpin 2%. Efek neurofarmakologi yang terjadi yaitu
midriasis pada menit ke 15, 20, 25, 30. Miosis pada menit ke 10, 15.
Vasokontriksi pada menit ke 5,10,15,20,30. Vasodilatasi pada menit ke 20,25.
Bronkokontriksi pada menit ke 5,10,30. Bronkodilatasi pada menit ke 15,20,25.
Grooming pada menit ke 15,20. Straub pada menit ke 30. Diuresis pada menit ke
30. Diare pada menit ke 10. Ereksi pada menit ke 20,25,30. Tremor pada menit ke
10,15,30. Kejang pada menit ke 10. Eksoftalmus pada menit ke 5,10,15,20,25,30.
Pada hewan
uji mencit (Mus musculus) betina I
yang menggunakan obat pilokarpin 2%. Efek neurofarmakologi yang terjadi yaitu
midriasis pada menit ke 15. Miosis pada menit ke 5,10, ,20,25,30. Vasokontriksi
pada menit ke 5,10,30. Vasodilatasi pada menit ke 5,10,30. Bronkokontriksi pada
menit ke 25. Bronkodilatasi pada menit ke 5,10,15,20,30. Grooming pada menit ke
5,10,15,20,30. Saliva pada menit ke 15,20,25. Diuresis pada menit ke 25. Diare
pada menit ke 10. Eksoftalmus pada menit ke 15.
Pada hewan
uji mencit (Mus musculus) jantan II
yang menggunakan obat adrenalin 1mg/ 1ml. Efek neurofarmakologi yang terjadi
yaitu midriasis pada menit ke 5, 10, 20, 25. Miosis pada menit ke 15. Vasokontriksi
pada menit ke 5,10,15,30. Vasodilatasi pada menit ke 20,25. Bronkokontriksi
pada menit ke 5,10,15. Grooming pada menit ke 10,15,20,30. Diare pada menit ke
10,15,20. Kejang pada menit ke 30. Eksoftalmus pada menit ke 5,10,15,20,25,30.
Pada hewan
uji mencit (Mus musculus) betina II
yang menggunakan obat adrenalin 1mg/ 1ml. Efek neurofarmakologi yang terjadi
yaitu midriasis pada menit ke 5. Vasokontriksi pada menit ke 5,10. Bronkodilatasi
pada menit ke 5. Grooming pada menit ke 10. Straub pada menit ke 30. Saliva
pada menit ke 15. Diare pada menit ke 15. Tremor pada menit ke 5.kejang pada menit ke
30.
Berdasarkan hasil yang didapatkan maka dilihat
bahwa pemberian obat pilokarpin 2% dan adrenalin sangat mempengaruhi kondisi uji
mencit (Mus musculus) dengan berbagai
gejala/efek yang ditimbulkannya baik pada saraf simpatik dan parasimpatik.
Adapun faktor- faktor kesalahan yaitu :
1. Kurang
teliti pada saat praktikum
2. Cara
kerja praktikan yang tidak sesuai dengan prosedur prakitkum
3. Alat-alat
yang kurang steril
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
dari percobaan yang diakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.
Pilokarpin 2% mempunyai efek kolinergik atau
parasimpatomimetik dirangsang dan melepaskan asetikolin pada ujung neuronnya.
Adapun efek neurofarmakologinya yang terjadi yaitu : miosis (penyempitan pupil
mata), peningkatan motalitas lambung dan usus, tremor dan kejang, vasodilatasi
perifer, bronkokontriksi, peningkatan salivasi, keringat dan air mata,
dieresis, ereksi dan muntah.
2.
Adrenalin 1mg/1 ml mempunyai efek adrenergic simpatomimetik
yaitu zat yang menimbulkan efek yang sama dengan efek yang terjadi bila saraf simpatomimetik
dirangsang dan melepaskan asetilkolin pada ujung neuronnya. Adapun efek
neurofarmakologinya yang terjadi yaitu : straub, grooming yang berlebihan,
midriasis, vasokontriksi, bronkodilatasi, eksoftalmus, ejakulasi, relaksasi
saluran cerna.
B. SARAN
Kami sebagai praktikan mengharapkan bimbingan
dan arahan pada saat praktikum dan penulisn laporan
Kami sebagai praktikan mengharapkan agar alat
dan bahan dilengkapi lagi agar proses praktikum berjalan lancar.
LAMPIRAN
A.
SKEMA KERJA
B.
PERHITUNGAN
1.
Pembuatan larutan adrenalin 1 mg/ 1 ml
Dosis untuk berat badan minimum :
=
D x fk
=
1 X 0,0026
=
0,0026
Dosis untuk berat badan maksimum :
=
30 x 0,0026
20
=
0,0039 mg
Pengenceran
bertingkat
1 :
0,0039
1 : 256,41 = 20 ml -à 12,82
Dipipet
1 ml larutan adrenalin kemudian ad aqua pro injeksi sebanyak 12,82 -à diambil 1 ml ad aqua pro
injeksi sebanyak 20 ml
2.
Pembuatan larutan pilokarpin 2% = 2g = 2000mg = 20 mg
100ml
100 mg
Dosis untuk berat badan minimum :
= D x fk
= 20 X 0,0026
= 0,052 mg
Dosis untuk berat badan maksimum :
= 30 x 0,052
20
= 0,0078 mg
Pengenceran
bertingkat
20 mg : 0,0078 mg
20 : 256,41 = 20 ml à12,82
Dipipet 1 ml
larutan pilokarpin kemudian ad aqua pro injeksi sebanyak 12,82 àdiambil 1
ml ad aqua pro injeksi sebanyak 20 ml.
3.
Faktor pengenceran
a.
Pilokarpin 2%
Berat mencit jantan = 18g
Secara IP :
FP = 18g x 0,5
= 0,3 ml
30g
Berat mencit betina = 18g
Secara IP :
FP = 16g x 0,5
= 0,26 ml
30g
b.
Adrenalin 1mg/ 1 ml
Berat mencit jantan = 11g
Secara IP :
FP = 11g x 0,5
= 0,18 ml
30g
Berat mencit betina = 13g
Secara IP :
FP = 16g x 0,5
= 0,26 ml
30g
No comments:
Post a Comment