Sunday, September 15, 2019

MIKROBIOLOGI FARMASI : LAPORAN PRAKTIKUM EMULSIFIKASI


LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR



LAPORAN PRAKTIKUM

EMULSIFIKASI







OLEH :

JUMRAHYANA
( 15. 201. 506 )

KELAS/ KLP : I – 15 / II ( DUA )








FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2017




BAB I
PENDAHULUAN


Emulsi berasal dari kata “ Emulgeo” yang artinya menyerupai susu, dan emulsi memang putih seperti susu. Pada abad XVII hanya dikenal dengan emulsi dari biji – bijian yang mengandung lemak , protein dan air. Emulsi semaam ini disebut emulsi alam dimana protein bertindak sebagai emulgator dari campuran lemak atau minyak dengan air yang terdapat dalam bji – bijian tersebut.
Emulsi adalah system dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi  dalam larutan air merupakan fase pembawa. System ini disebut emulsi air dalam minyak sebaliknya jika larutan air yang terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa.  Emulsi ini disebut emulsi air dalam minyak.
Zat pengemulsi ( emulgator) merupakan komponen komponen yang paling penting agar dapat memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan ) disekeliling butir – butir tetesan yang terdispersi. Film ini berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan terdispersi sebagai fase terpisah membentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe M/A dimana fase minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M yaitu fas intern adaah air dan fase ekstern adalah minyak. Zat untuk menjaga stabilnya emulsi perlu diberi pengawet yang cocok.
Bahan pengemulsi ( surfaktan )  menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan tetesan fase external dan dengan membuat batas fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalensi, surfaktan juga mengurangi tekanan antar permukaan fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama percampuran.
·         MAKSUD PERCOBAAN
               Untuk mengetahui dan memahami cara pembuatan emulsi dan pembuatan emulgator golongan surfaktan dengan variasi nilai HLB butuh
·         TUJUAN PERCOBAAN
               Untuk mengikuti jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam pembuatan emulsi , membuat emulsi dengan menggunakan golongan emulgator golongan surfaktan, mengevaluasi kestabilan suatu emulsi, menentukan HLB butuh.
·         PRINSIP PERCOBAAN
               Berdasarkan campuran emulsi, emulsi minyak dan air dimana terbentuk suatu system yang tidak stabil dan tidak terdispersi atau tidak bercampur secara homogen yang distabilkan dengan emulgator golongan surfaktan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   TEORI RINGKAS
Emulsi adalah dispersi koloid dimana zat terdispersi dan medium pendispersi merupakan cairan yang tidak saling bercampur. Agar terjadi suatu campuran koloid, maka harus ditambahkan suatu bahan yang disebut zat pengemulsi atau emulgator. Contoh umum dari emulsi adalah susu dan mayonnaise. Kedua emulsi ini terdiri dari minyak yan terdispersi dalam fase air, seperti yang diketahui minyak dan air merupakan cairan yang tidak saling bercampur.
Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar ( misalnya air ) sedangkan yang lainnya bersifat nonpolar ( misalnya minyak ). Emulsi obat untuk pemberian oral biasanya dari tipe emulsi minyak dalam air ( M/A ) tetapi tidak semua zat emulsi yang digunakan termasuk tipe minyak dalam air (M/A). makanan tertentu seperti mentega, saus salad merupakan emulsi tipe air dalam minyak.
Menurut jenisnya , emulsi dibagi menjadi dua yaitu :
1.Minyak dalam air ( O/W ). Contohnya : susu , minyak ikan, lateks.
2.Air dalam minyak (W/O ). Contohnya : mentega dan pelumas.
Untuk membedakan keduanya dapat dilakukan dengan cara :
a.Penambahan air atau minyak
               Bila ditambahkan air segera tercampur berarti emulsi W/O. jika tidak O/W.
b.Penambahan elektrolit
            Emulsi O/W mengantarkan arus listrik  sedangkan emulsi W/O tidak
 Beberapa metode yang biasa digunakan untuk menentukan tipe dari suatu tipe emulsi yaitu
1.      metode pewarnaan
            sejumlah kecil zat warna yang larut dalam air, seperti metilen biru atau briliant blue FCF bisa ditaburkan pada permukaan suspense. Jika air merupakan fase luar, yakni jika emulsi tersebut berfase minyak dalam air (M/A). Zat warna tersebut akan melarut di dalamnya dan berdifusi merata keseluruh bagian dari air tersebut. Jika emulsi tersebut bertipe air dalam minyak (A/M), partikel zat warna aka tinggal bergerombol pada permukaan.
2.      metode pengenceran fase
            jika emulsi tersebut bercampur sempurna dengan air, maka termaksud tipe  minyak dalam air (M/A) dan apabila tidak dapat diencerkan tipe ai dalam minyak (A/M).
3.      metode konduktivitas listrik
            pengujian ini menggunakan sepasang elektroda yang dihubungkan dengan suatu sumber listrik luar dan diselupkan ke dalam emulsi. Lampu akan menyala bila lampu dicelupkan ke dalam emulsi bertipe minyak dalam air (M/A) dan lampu akan mati  jika dicelupkan dalam emulsi tipe air dalam minyak (A/M).
4.      metode fluoresensi
            minyak dapat berfluoresensi dibawah sinar UV, emulsi minyak dalam air menunjukkan pola titik – titik sedangkan emulsi air dalam minyakberfluoresensi selurunya.
secara farmasetik Proses emulsifikasi momuncyctnicon ani memungkinkan ahli farmasi dapat membuat suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua Cairan yamg tidak saling bercampur. Dalam hal ini obat di berikan dalam bentuk bola-bola kecil bukan dalam bulk.Untuk emulsi yang diberikan secara oral tipe emulsi minyak dalam air memungkinkan pemberian obat yang harus di makan tersebut mampunyai rasa yang lebih enak dengan menambahkan pamanis sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai ke lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dari bola - bola minyak tersebut agar mudah diabsorpsi, tugasnya juga akan lebih efektif.
Emulgator yang digunakan dalam emulsi terdirmulgator berdasarkon  dari beberapa jenis emulgator berdasarkan sumbernya, terbagi atas :
a.   Golongan bahan alam ( natural product)
Polisakarida contoh acasia ( gom arab ), tragakan, pectin dan agar. Senyawa mengandung sterol misalnya beeswax
b.  Golongan semisintetik
Golongan metilselulosa, Na-CMC
c.  Golongan emulgator sintetik
Misalnya surfaktan

B.   URAIAN BAHAN
1.      Aquadest ( FI Edisi III Hal. 96 )
Nama resmi          : AQUA DESTILLATA
Nama lain             : air suling
Rumus molekul     : H2O
Berat molekul       : 18,02
Pemerian              : cairan jernih, tidak berbau, tidak mempunyai rasa , tidak berwarna
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik.
2.      Parafin                  ( FI Edisi III Hal. 494 )
Nama resmi          : PARAFINUM LIQUIDUM
Nama lain             : Parafin cair
Pemerian              : cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Kelarutan              : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)p, larut dalam kloroform p dan dalam eter p.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Khasiat                  : Laksativum
3.      Span 80                 ( FI Edisi III Hal. 509 )
Nama resmi          : SORBITAN 80
Nama lain             : Arlace, Armeton,Crill,Emsorb, Glycomul, Liposorb, Sorbester, Span 80
Pemerian              : cairan atau padat, rasa kurang khas
Penyimpanan        : dalam wadah tertutup rapat.
4.      Tween 80              ( FI Edisi III Hal. 509 )
Nama resmi          : POLYSORBATES 80
Nama lain             : Tweens, sorlakes, maintains, crivets
Pemerian              : Cairan kental seperti minyak, jernih kuning, bau khas dan hangat
Penyimpanan        : Dalam wadah terlindung dari cahaya dan simpa dalam kondisi dingin
Kelarutan              : Sangat mudah larut , tidak berbau dan praktis tidak berwarna, larut dalam etanol , etil asetat, tidak larut dalam air mineral


BAB III
METODE KERJA

A.      JENIS PERCOBAAN
Percobaan ini dilakukan dengan merggunakan percobaan eksperimental yakni percobaan secara langsung dengan Judul Emulsifikasi

B.      WAKTU DAN TEMPAT PERCOBAAN
Percobaan ini dilakukan pada hari Sabtu, 11 Februari 2017. pukul 16.00-18.00 WITA. bertempat di laboratortum Milkrobiologi Farmasi. Universitas Indonesia Timur Makassar

C.      ALAT DAN BAHAN
1. ALAT
        Batang pangaduk, cawan porselin, Corong, Gelas kimia,  gelas ukur 100 ml, incubator,  Penangas air,  Timbangan analitik, Timbangan kasar Cchaus) , Termometer

2. BAHAN
        AquadeSt , paraFin cair, Span 8o, Tween 80

D.     Prosedur Kerja
a.    Disiapkan alat dan bahan
   b.      Ditimbang (pipet)  Parafin cair, Span 80, Tween 80,dan Aquadest dalam cawan porselen sasuai perhitungan untulk membuat emulsi  dengan HLB butuh yang diinstruksikan
   c.       parafin cair dan Span 80 dimasukcan ke dalam qelas ukur yang berlainan. kemudian dua gelas kimia yang berisi campuran tersebut dipanaskan diatas penangas air sampai Suhu kedua campuran tersebut mencapai suhu 800C
  d.      Kemudian kedua  gelas kimia diangkat dari penangas air dan kedua campuran tersebut di campurkan dengan menuangkan  fase minyak (parafin) ke dalam fase air (Aquadest) pada suhu yang sama sambil diaduk dengan cepat agar diperolah  emulsi yang baik atau di mixer ad homogen
e.      Emulsi  yang  telah jadi dimasukkan  ke dalam gelas ukur 5O ml dan ditutup dengan aluminium foil, lalu dilakukan  pengamatan perubahannya selama 5 x24 jam
f.        Pengerjaan yang sama  dilakukan  untuk pembuatan HLB lainnya sesuai intruksi asisten




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      HASIL
1.   Tabel pengamatan
a.   Fase minyak

KLP

HLB

Paraffin
cair

Span
80
Hasil pengamatan

Ket.
Hari I
Hari II
Hari III
Hari IV
Hari V
I
9
20
2,81
1,5
5,7
1,5
5,2
5

II
10
20
2,3
5,7
5,4
5,8
5,5
5

III
11
20
1,69
6,9
6
5,8
5,5
5,5

IV
12
20
1,41
4,8
4,5
4,4
4,3
4,3


b.   Fase air

KLP

HLB

Aquadest

Tween
80
Hasil pengamatan

Ket.
Hari I
Hari II
Hari III
Hari IV
Hari V
I
9
75 ml
2,19
0,8
10,1
0,3
10,5
10,5

II
10
75 ml
2,7
12,1
12,3
12,1
12,2
12,3

III
11
75 ml
3,13
8,6
9,1
7,9
9,9
10

IV
12
75 ml
3,59
12,7
11,8
11,7
11,9
12

Keterangan : stabil =
 Tidak stabil =


B.      PEMBAHASAN
        Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,terdisprsi dalam larutan pembawa,distabilkan dengan zat Pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi Yang disebut emulgator atau surfakton yang dapat mencegah koalesensi  yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi fase tunggal yang memisah. Surfaktan menstabilkan emulsi dengan cara menempati antara permukaan tetesan dan fase eksternal dan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan permukaan antara Fase sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran.
        Dalam percobaan ini diqunakan emulgator golongan surfaktan yaitu Tween 80  dan Span 80,karena memiliki nilai yang dapat menurunkan tegangan permukaan dari larutan. HLB butuh yang diqunakan adalah 9,10,11,12. Suhu yang digunakan yaitu 80oC  dimana pada suhu ini dapat memberikan kestabilan emulsi sehingga fase air dan fase minyak tercampur
        Dalam praktikum ini, pertama tama dihitung nilai HLB butuh masing-masing 9,10,11 dan 12 kemudian di hitung jumlah tween 8o ,span 80, aquades dan parafin cair yang dibutuhkan dan ditimbang semua bahan pada fase minyak dan fase air lalu dipanaskan pada suhu 80 0C dan Setelah itu didiamkan dan kamudian dimixer agar tercampur rata di tutup dengan aluminium foil dan dilakukan pengamatan selama 5 x 24 Jam dan dlihat Volume perubahan yang terjadi.
Berdasarkan percobaan ini pada klp I yaitu HLB 9 diperoleh nilai 80 yaitu  2,81g dan nilai tween 80 yaitu 2,19 g dengan parafin cair 20 dan aquadest 75ml, Setelah dibiarkan diperoleh pada hari  I untuk (fase air ) yaitu 0,8 dan untuk (minyak ) 1,5  pada hari II untuk  (fase cair) yaitu 10,1 dan untuk (minyak) 5,7 ,pada hari III untuk (fase cair) yaitu  0,3  dan untuk (minyak)  1,5  pada hari IV untuk (Fase air)yaitu 0,5 dan untuk (minyak) 5,2  dan pada pada hari ke V untuk (fase cair) yaitu 10,5  dan pada (minyak) 5
Untuk kelompok II yaitu yaitu HLB 10, diperoleh nilai  span 80 yaitu  2,3g dan nilai tween 80 yaitu 2,7 g. Setelah dibiarkan diperoleh pada hari  I untuk (fase air ) yaitu 12,1 dan untuk (minyak ) 5,7  pada hari II untuk  (fase cair) yaitu 12,3 dan untuk (minyak) 5,4 pada hari III untuk (fase cair) yaitu  12,1dan untuk (minyak)  5,8  pada hari IV untuk (Fase air)yaitu 12,2 dan untuk (minyak) 5,2  dan pada pada hari ke V untuk (fase cair) yaitu 12,3 dan pada (minyak) 5
Untuk kelompok III yaitu yaitu HLB 11 diperoleh nilai  span 80 yaitu  1,69g dan nilai tween 80 yaitu 3,13 g. Setelah dibiarkan diperoleh pada hari  I untuk (fase air ) yaitu 8,6 dan untuk (minyak ) 6,9  pada hari II untuk  (fase cair) yaitu 9,1 dan untuk (minyak) 6 pada hari III untuk (fase cair) yaitu  7,9 dan untuk (minyak)  5,8  pada hari IV untuk (Fase air) yaitu 9,9 dan untuk (minyak) 5,5  dan pada pada hari ke V untuk (fase cair) yaitu 10 dan pada (minyak) 5,5
Untuk kelompok IV yaitu yaitu HLB 12 diperoleh nilai  span 80 yaitu  1,41 g dan nilai tween 80 yaitu 3,59 g. Setelah dibiarkan diperoleh pada hari  I untuk (fase air ) yaitu 12,7 dan untuk (minyak ) 4,8  pada hari II untuk  (fase cair) yaitu 11,8 dan untuk (minyak) 4,5 pada hari III untuk (fase cair) yaitu  11,7 dan untuk (minyak)  4,4  pada hari IV untuk (Fase air) yaitu 11,9 dan untuk (minyak) 4,3  dan pada pada hari ke V untuk (fase cair) yaitu 12 dan pada (minyak) 4,3 
Adapun Faktor-foktor kesalahan dalam praktikum yaitu:
1. kurangnya ketelitian praktikan dalam menimbang bahan
2. Alat alat yang digunakan kurang teliti
3. kurangnya ketelitian dalam pengamatan


BAB V
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
        Secara teoritis, emulgator yang paling sesuai untuk analisis adalah emulgator dengan HLB =12 Namun keyataannya Jarang sekali ditemulkan HLB Surfaktan yang sesuai/persis sama dengan HLB butuh minyak karena itu kombinasi emulgator.
        Sedangkan,berdasarkan hasil praktikum emulsi dengan HLB 12 tidak stabil. Hal ini dikarenakan emulgator yang digunakan adalah campuran tween 80 (HLB =3,5) dan Span 80 (HLB=1,41) Dan campuran tween 80 dan span 8o menghasilkan HLB 9,65 hingga emulsi tidak Stabil, Sedangkon emulsi dengan HLB 9, 10, 11 Juga tidak menjadikan Stabil karena HLB di bawah 12 lebih cocok digunakan sebagai bahan pamIsah.

B.      SARAN
Kami sebagai praktikan mengharapkan bimbingan dan arahan pada saat praktikum dan penulisn laporan
Kami sebagai praktikan mengharapkan agar alat dan bahan dilengkapi lagi agar proses praktikum berjalan lancar.



DAFTAR PUSTAKA


Anief Moh. 2006." farmasetika". Gadjah mada UniVersity Press:Yogyatarta
Ansel C. Howard. 1989."Penuntun Bentuk sediaan farmasi edisi IV ". UI-press : Jakarta.
Dirjen POM. I979.Farmakope Indonesia  Edisi III. Depkes RI : Jakarta
Estiean Yazid. 2009." Kimia fisika untuk paramedic. ANDI: Yoayatarta
Lachman, L. 1994 Teori dan praktek farmasi Industri edisi III. IU-press : Jakarta




LAMPIRAN
v  Skema kerja



v  Perhitungan

R/ paraffin cair  20%
     Emulgator    5%
Aquadest ad 100 ml

     m.f emulsi

Paraffin cair = 20 x 100
                            100
                         = 20 g
Emulgator        = 5 x 100
                            100
                           = 5 g

Tween 80 = a
Spa 80         = 5 a
HLB Tween 80 = 15
HLB Span 80 = 4,3

1.    HLB 9
(HLB1 x B1 ) + (HLB2 x B2 ) = HLB campuran x B campuran
( 15     x  a  ) + ( 4,3 x (5-a))     = 9 x 5
                15a       + 21,5 – 4,3a      = 45
15a – 4,3a      = 45 – 21,5
 10,7 a               = 23,5
a        = 23,5
                                                                     10,7
                                                                = 2,19
Span 80  = 5 a
                        = 5 – 2,19
                         = 2,81

Aquadest   = 100 – ( 2,19 + 2,81 + 20 )
= 100 25
= 75 ml
2.    HLB 10
(HLB1 x B1 ) + (HLB2 x B2 ) = HLB campuran x B campuran
( 15     x  a  ) + ( 4,3 x (5-a))     = 10 x 5
        15a       + 21,5 – 4,3a      = 50
15a – 4,3a      = 50 – 21,5
 10,7 a           = 28,5
a        = 28,5
             10,7
a         = 2,66/ 2,7

Span 80  = 5 a
                = 5 – 2,7
                 = 2,3

Aquadest   = 100 – ( 2,66 + 2,34 + 20 )
= 100 25
= 75 ml
3.       HBL 11
(HLB1 x B1 ) + (HLB2 x B2 ) = HLB campuran x B campuran
( 15     x  a  ) + ( 4,3 x (5-a))     = 11 x 5
        15a       + 21,5 – 4,3a      = 55
15a – 4,3a      = 55 – 21,5
 10,7 a           = 33,5
a        = 33,5
             10,7
a         = 3,13

Span 80  = 5 a
                = 5 – 3,13
                 = 1,69

Aquadest   = 100 – ( 3,13 + 1,69 + 20 )
= 100 25
= 75 ml

4.       HLB 12
(HLB1 x B1 ) + (HLB2 x B2 ) = HLB campuran x B campuran
( 15     x  a  ) + ( 4,3 x (5-a))     = 12 x 5
        15a       + 21,5 – 4,3a      = 60
15a – 4,3a      = 60– 21,5
 10,7 a           = 38,5
a        = 38,5
             10,7
a         = 3,59

Span 80  = 5 a
                = 5 – 3,59      
                = 1,41

Aquadest   = 100 – ( 3,59 + 1,41 + 20 )
= 100 25
= 75 ml

v  Foto hasil pengamatan

  • Proses penimbangan paraffin cair


    1. Proses pemanasan fase minyak pada suhu 80oC



    1. Proses penimbangan tween 80



    1. Proses penimbangan span 80



    1. Proses pemanasan fase air pada suhu 80oC

     Proses pencampuran fase air ( Aquadest + tween 80 ) dan fase minyak ( paraffin cair + span 80 )


    1. Campuran antara fase air dan fase minyak




    No comments:

    Post a Comment

    My ramadhan journal#

    Precious times🌠 _ my Ramadhan journal " This is My summary when I read Surah Muhammad this morning. There is one paragrap...