LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI FARMASI
FAKULTAS
FARMASI
UNIVERSITAS
INDONESIA TIMUR
LAPORAN
PRAKTIKUM
EMULSIFIKASI
OLEH :
JUMRAHYANA
( 15. 201.
506 )
KELAS/ KLP
: I – 15 / II ( DUA )
FAKULTAS
FARMASI
UNIVERSITAS
INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Emulsi
berasal dari kata “ Emulgeo” yang artinya menyerupai susu, dan emulsi memang
putih seperti susu. Pada abad XVII hanya dikenal dengan emulsi dari biji –
bijian yang mengandung lemak , protein dan air. Emulsi semaam ini disebut
emulsi alam dimana protein bertindak sebagai emulgator dari campuran lemak atau
minyak dengan air yang terdapat dalam bji – bijian tersebut.
Emulsi
adalah system dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang
lain dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase
terdispersi dalam larutan air merupakan
fase pembawa. System ini disebut emulsi air dalam minyak sebaliknya jika
larutan air yang terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan
fase pembawa. Emulsi ini disebut emulsi
air dalam minyak.
Zat
pengemulsi ( emulgator) merupakan komponen komponen yang paling penting agar
dapat memperoleh emulsi yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk
film (lapisan ) disekeliling butir – butir tetesan yang terdispersi. Film ini
berfungsi agar mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan terdispersi
sebagai fase terpisah membentuk dua macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe M/A
dimana fase minyak terdispersi dalam fase air dan tipe A/M yaitu fas intern
adaah air dan fase ekstern adalah minyak. Zat untuk menjaga stabilnya emulsi
perlu diberi pengawet yang cocok.
Bahan
pengemulsi ( surfaktan ) menstabilkan
dengan cara menempati antar permukaan tetesan fase external dan dengan membuat
batas fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalensi, surfaktan juga
mengurangi tekanan antar permukaan fase, sehingga meningkatkan proses
emulsifikasi selama percampuran.
·
MAKSUD PERCOBAAN
Untuk mengetahui
dan memahami cara pembuatan emulsi dan pembuatan emulgator golongan surfaktan
dengan variasi nilai HLB butuh
·
TUJUAN PERCOBAAN
Untuk
mengikuti jumlah emulgator golongan surfaktan yang digunakan dalam pembuatan
emulsi , membuat emulsi dengan menggunakan golongan emulgator golongan
surfaktan, mengevaluasi kestabilan suatu emulsi, menentukan HLB butuh.
·
PRINSIP PERCOBAAN
Berdasarkan
campuran emulsi, emulsi minyak dan air dimana terbentuk suatu system yang tidak
stabil dan tidak terdispersi atau tidak bercampur secara homogen yang
distabilkan dengan emulgator golongan surfaktan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI
RINGKAS
Emulsi adalah dispersi koloid dimana zat terdispersi
dan medium pendispersi merupakan cairan yang tidak saling bercampur. Agar
terjadi suatu campuran koloid, maka harus ditambahkan suatu bahan yang disebut
zat pengemulsi atau emulgator. Contoh umum dari emulsi adalah susu dan
mayonnaise. Kedua emulsi ini terdiri dari minyak yan terdispersi dalam fase
air, seperti yang diketahui minyak dan air merupakan cairan yang tidak saling
bercampur.
Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama
bersifat polar ( misalnya air ) sedangkan yang lainnya bersifat nonpolar (
misalnya minyak ). Emulsi obat untuk pemberian oral biasanya dari tipe emulsi
minyak dalam air ( M/A ) tetapi tidak semua zat emulsi yang digunakan termasuk
tipe minyak dalam air (M/A). makanan tertentu seperti mentega, saus salad
merupakan emulsi tipe air dalam minyak.
Menurut jenisnya , emulsi dibagi menjadi dua yaitu :
1.Minyak
dalam air ( O/W ). Contohnya : susu , minyak ikan, lateks.
2.Air dalam
minyak (W/O ). Contohnya : mentega dan pelumas.
Untuk membedakan keduanya dapat dilakukan dengan cara
:
a.Penambahan
air atau minyak
Bila
ditambahkan air segera tercampur berarti emulsi W/O. jika tidak O/W.
b.Penambahan
elektrolit
Emulsi
O/W mengantarkan arus listrik sedangkan
emulsi W/O tidak
Beberapa metode
yang biasa digunakan untuk menentukan tipe dari suatu tipe emulsi yaitu
1. metode
pewarnaan
sejumlah
kecil zat warna yang larut dalam air, seperti metilen biru atau briliant blue
FCF bisa ditaburkan pada permukaan suspense. Jika air merupakan fase luar,
yakni jika emulsi tersebut berfase minyak dalam air (M/A). Zat warna tersebut
akan melarut di dalamnya dan berdifusi merata keseluruh bagian dari air
tersebut. Jika emulsi tersebut bertipe air dalam minyak (A/M), partikel zat
warna aka tinggal bergerombol pada permukaan.
2. metode
pengenceran fase
jika
emulsi tersebut bercampur sempurna dengan air, maka termaksud tipe minyak dalam air (M/A) dan apabila tidak
dapat diencerkan tipe ai dalam minyak (A/M).
3. metode konduktivitas
listrik
pengujian
ini menggunakan sepasang elektroda yang dihubungkan dengan suatu sumber listrik
luar dan diselupkan ke dalam emulsi. Lampu akan menyala bila lampu dicelupkan
ke dalam emulsi bertipe minyak dalam air (M/A) dan lampu akan mati jika dicelupkan dalam emulsi tipe air dalam
minyak (A/M).
4. metode
fluoresensi
minyak
dapat berfluoresensi dibawah sinar UV, emulsi minyak dalam air menunjukkan pola
titik – titik sedangkan emulsi air dalam minyakberfluoresensi selurunya.
secara farmasetik Proses
emulsifikasi momuncyctnicon ani memungkinkan ahli farmasi dapat membuat suatu
preparat yang stabil dan rata dari campuran dua Cairan yamg tidak saling
bercampur. Dalam hal ini obat di berikan dalam bentuk bola-bola kecil bukan
dalam bulk.Untuk emulsi yang diberikan secara oral tipe emulsi minyak dalam air
memungkinkan pemberian obat yang harus di makan tersebut mampunyai rasa yang
lebih enak dengan menambahkan pamanis sehingga mudah dimakan dan ditelan sampai
ke lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dari bola - bola minyak tersebut
agar mudah diabsorpsi, tugasnya juga akan lebih efektif.
Emulgator yang digunakan dalam
emulsi terdirmulgator berdasarkon dari
beberapa jenis emulgator berdasarkan sumbernya, terbagi atas :
a. Golongan bahan alam ( natural product)
Polisakarida contoh acasia ( gom
arab ), tragakan, pectin dan agar. Senyawa mengandung sterol misalnya beeswax
b. Golongan
semisintetik
Golongan metilselulosa, Na-CMC
c. Golongan
emulgator sintetik
Misalnya surfaktan
B. URAIAN
BAHAN
1. Aquadest ( FI Edisi III Hal. 96 )
Nama
resmi : AQUA DESTILLATA
Nama
lain :
air suling
Rumus
molekul : H2O
Berat
molekul : 18,02
Pemerian
: cairan jernih, tidak
berbau, tidak mempunyai rasa , tidak berwarna
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
2. Parafin ( FI Edisi III Hal. 494 )
Nama
resmi : PARAFINUM LIQUIDUM
Nama
lain :
Parafin cair
Pemerian
: cairan kental, transparan,
tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Kelarutan :
praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)p, larut dalam kloroform p
dan dalam eter p.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik,
terlindung dari cahaya
Khasiat
: Laksativum
3. Span 80 ( FI Edisi III Hal. 509 )
Nama resmi : SORBITAN 80
Nama lain : Arlace,
Armeton,Crill,Emsorb, Glycomul, Liposorb, Sorbester, Span 80
Pemerian : cairan atau
padat, rasa kurang khas
Penyimpanan : dalam wadah
tertutup rapat.
4. Tween 80 ( FI Edisi III Hal. 509 )
Nama resmi : POLYSORBATES
80
Nama lain : Tweens,
sorlakes, maintains, crivets
Pemerian : Cairan
kental seperti minyak, jernih kuning, bau khas dan hangat
Penyimpanan : Dalam
wadah terlindung dari cahaya dan simpa dalam kondisi dingin
Kelarutan :
Sangat mudah larut , tidak berbau dan praktis tidak berwarna, larut dalam
etanol , etil asetat, tidak larut dalam air mineral
BAB III
METODE KERJA
A. JENIS
PERCOBAAN
Percobaan
ini dilakukan dengan merggunakan percobaan eksperimental yakni percobaan secara
langsung dengan Judul Emulsifikasi
B. WAKTU DAN
TEMPAT PERCOBAAN
Percobaan
ini dilakukan pada hari Sabtu, 11 Februari 2017. pukul 16.00-18.00 WITA. bertempat
di laboratortum Milkrobiologi Farmasi. Universitas Indonesia Timur Makassar
C. ALAT DAN
BAHAN
1. ALAT
Batang pangaduk, cawan porselin, Corong,
Gelas kimia, gelas ukur 100 ml,
incubator, Penangas air, Timbangan analitik, Timbangan kasar Cchaus) ,
Termometer
2.
BAHAN
AquadeSt , paraFin cair, Span 8o, Tween
80
D. Prosedur
Kerja
a. Disiapkan alat dan bahan
b.
Ditimbang (pipet) Parafin cair, Span 80, Tween 80,dan Aquadest
dalam cawan porselen sasuai perhitungan untulk membuat emulsi dengan HLB butuh yang diinstruksikan
c.
parafin cair dan Span 80 dimasukcan ke dalam
qelas ukur yang berlainan. kemudian dua gelas kimia yang berisi campuran
tersebut dipanaskan diatas penangas air sampai Suhu kedua campuran tersebut
mencapai suhu 800C
d.
Kemudian kedua
gelas kimia diangkat dari penangas air dan kedua campuran tersebut di
campurkan dengan menuangkan fase minyak
(parafin) ke dalam fase air (Aquadest) pada suhu yang sama sambil diaduk dengan
cepat agar diperolah emulsi yang baik
atau di mixer ad homogen
e. Emulsi yang
telah jadi dimasukkan ke dalam
gelas ukur 5O ml dan ditutup dengan aluminium foil, lalu dilakukan pengamatan perubahannya selama 5 x24 jam
f.
Pengerjaan yang sama dilakukan
untuk pembuatan HLB lainnya sesuai intruksi asisten
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Tabel
pengamatan
a. Fase minyak
KLP
|
HLB
|
Paraffin
cair
|
Span
80
|
Hasil pengamatan
|
Ket.
|
||||
Hari I
|
Hari II
|
Hari III
|
Hari IV
|
Hari V
|
|||||
I
|
9
|
20
|
2,81
|
1,5
|
5,7
|
1,5
|
5,2
|
5
|
|
II
|
10
|
20
|
2,3
|
5,7
|
5,4
|
5,8
|
5,5
|
5
|
|
III
|
11
|
20
|
1,69
|
6,9
|
6
|
5,8
|
5,5
|
5,5
|
|
IV
|
12
|
20
|
1,41
|
4,8
|
4,5
|
4,4
|
4,3
|
4,3
|
|
b. Fase air
KLP
|
HLB
|
Aquadest
|
Tween
80
|
Hasil pengamatan
|
Ket.
|
||||
Hari I
|
Hari II
|
Hari III
|
Hari IV
|
Hari V
|
|||||
I
|
9
|
75 ml
|
2,19
|
0,8
|
10,1
|
0,3
|
10,5
|
10,5
|
|
II
|
10
|
75 ml
|
2,7
|
12,1
|
12,3
|
12,1
|
12,2
|
12,3
|
|
III
|
11
|
75 ml
|
3,13
|
8,6
|
9,1
|
7,9
|
9,9
|
10
|
|
IV
|
12
|
75 ml
|
3,59
|
12,7
|
11,8
|
11,7
|
11,9
|
12
|
|
Keterangan
: stabil = √
Tidak stabil = ≠
B. PEMBAHASAN
Emulsi adalah sediaan yang mengandung
bahan obat cair atau larutan obat,terdisprsi dalam larutan pembawa,distabilkan
dengan zat Pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi dapat distabilkan
dengan penambahan bahan pengemulsi Yang disebut emulgator atau surfakton yang
dapat mencegah koalesensi yaitu
penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi fase tunggal
yang memisah. Surfaktan menstabilkan emulsi dengan cara menempati antara
permukaan tetesan dan fase eksternal dan membuat batas fisik disekeliling
partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan permukaan
antara Fase sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran.
Dalam percobaan ini diqunakan emulgator
golongan surfaktan yaitu Tween 80 dan
Span 80,karena memiliki nilai yang dapat menurunkan tegangan permukaan dari
larutan. HLB butuh yang diqunakan adalah 9,10,11,12. Suhu yang digunakan yaitu
80oC dimana pada suhu ini
dapat memberikan kestabilan emulsi sehingga fase air dan fase minyak tercampur
Dalam praktikum ini, pertama tama
dihitung nilai HLB butuh masing-masing 9,10,11 dan 12 kemudian di hitung jumlah
tween 8o ,span 80, aquades dan parafin cair yang dibutuhkan dan ditimbang semua
bahan pada fase minyak dan fase air lalu dipanaskan pada suhu 80 0C
dan Setelah itu didiamkan dan kamudian dimixer agar tercampur rata di tutup
dengan aluminium foil dan dilakukan pengamatan selama 5 x 24 Jam dan dlihat
Volume perubahan yang terjadi.
Berdasarkan
percobaan ini pada klp I yaitu HLB 9 diperoleh nilai 80 yaitu 2,81g dan nilai tween 80 yaitu 2,19 g dengan
parafin cair 20 dan aquadest 75ml, Setelah dibiarkan diperoleh pada hari I untuk (fase air ) yaitu 0,8 dan untuk
(minyak ) 1,5 pada hari II untuk (fase cair) yaitu 10,1 dan untuk (minyak) 5,7
,pada hari III untuk (fase cair) yaitu 0,3 dan
untuk (minyak) 1,5 pada hari IV untuk (Fase air)yaitu 0,5 dan
untuk (minyak) 5,2 dan pada pada hari ke
V untuk (fase cair) yaitu 10,5 dan pada
(minyak) 5
Untuk kelompok
II yaitu yaitu HLB 10, diperoleh nilai span 80 yaitu
2,3g dan nilai tween 80 yaitu 2,7 g. Setelah dibiarkan diperoleh pada
hari I untuk (fase air ) yaitu 12,1 dan
untuk (minyak ) 5,7 pada hari II
untuk (fase cair) yaitu 12,3 dan untuk
(minyak) 5,4 pada hari III untuk (fase cair) yaitu 12,1dan untuk (minyak) 5,8
pada hari IV untuk (Fase air)yaitu 12,2 dan untuk (minyak) 5,2 dan pada pada hari ke V untuk (fase cair)
yaitu 12,3 dan pada (minyak) 5
Untuk kelompok III yaitu yaitu HLB 11 diperoleh
nilai span 80 yaitu 1,69g dan nilai tween 80 yaitu 3,13 g.
Setelah dibiarkan diperoleh pada hari I
untuk (fase air ) yaitu 8,6 dan untuk (minyak ) 6,9 pada hari II untuk (fase cair) yaitu 9,1 dan untuk (minyak) 6
pada hari III untuk (fase cair) yaitu
7,9 dan untuk (minyak) 5,8 pada hari IV untuk (Fase air) yaitu 9,9 dan
untuk (minyak) 5,5 dan pada pada hari ke
V untuk (fase cair) yaitu 10 dan pada (minyak) 5,5
Untuk kelompok IV yaitu yaitu HLB 12
diperoleh nilai span 80 yaitu 1,41 g dan nilai tween 80 yaitu 3,59 g.
Setelah dibiarkan diperoleh pada hari I
untuk (fase air ) yaitu 12,7 dan untuk (minyak ) 4,8 pada hari II untuk (fase cair) yaitu 11,8 dan untuk (minyak) 4,5
pada hari III untuk (fase cair) yaitu 11,7
dan untuk (minyak) 4,4 pada hari IV untuk (Fase air) yaitu 11,9 dan
untuk (minyak) 4,3 dan pada pada hari ke
V untuk (fase cair) yaitu 12 dan pada (minyak) 4,3
Adapun
Faktor-foktor kesalahan dalam praktikum yaitu:
1. kurangnya
ketelitian praktikan dalam menimbang bahan
2. Alat alat yang
digunakan kurang teliti
3. kurangnya
ketelitian dalam pengamatan
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara teoritis, emulgator yang paling
sesuai untuk analisis adalah emulgator dengan HLB =12 Namun keyataannya Jarang
sekali ditemulkan HLB Surfaktan yang sesuai/persis sama dengan HLB butuh minyak
karena itu kombinasi emulgator.
Sedangkan,berdasarkan hasil praktikum
emulsi dengan HLB 12 tidak stabil. Hal ini dikarenakan emulgator yang digunakan
adalah campuran tween 80 (HLB =3,5) dan Span 80 (HLB=1,41) Dan campuran tween
80 dan span 8o menghasilkan HLB 9,65 hingga emulsi tidak Stabil, Sedangkon
emulsi dengan HLB 9, 10, 11 Juga tidak menjadikan Stabil karena HLB di bawah 12
lebih cocok digunakan sebagai bahan pamIsah.
B. SARAN
Kami sebagai praktikan mengharapkan bimbingan dan arahan pada
saat praktikum dan penulisn laporan
Kami sebagai praktikan mengharapkan agar alat dan bahan
dilengkapi lagi agar proses praktikum berjalan lancar.
DAFTAR
PUSTAKA
Anief Moh. 2006." farmasetika". Gadjah mada
UniVersity Press:Yogyatarta
Ansel C. Howard. 1989."Penuntun Bentuk sediaan farmasi
edisi IV ". UI-press : Jakarta.
Dirjen POM. I979.Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta
Estiean Yazid. 2009." Kimia fisika untuk paramedic.
ANDI: Yoayatarta
Lachman, L. 1994 Teori dan praktek farmasi Industri edisi
III. IU-press : Jakarta
LAMPIRAN
v Skema kerja
v Perhitungan
R/
paraffin cair 20%
Emulgator 5%
Aquadest ad 100 ml
m.f emulsi
|
Paraffin cair = 20 x 100
100
= 20 g
Emulgator = 5 x 100
100
= 5 g
Tween 80 = a
Spa 80 = 5 – a
HLB Tween 80 = 15
HLB Span 80 = 4,3
1.
HLB 9
(HLB1 x B1 ) + (HLB2
x B2 ) = HLB campuran x B campuran
( 15
x a ) + ( 4,3 x (5-a)) = 9 x 5
15a + 21,5 – 4,3a = 45
15a – 4,3a = 45 – 21,5
10,7
a = 23,5
a
= 23,5
10,7
=
2,19
Span 80
= 5 – a
= 5 – 2,19
= 2,81
Aquadest = 100 – ( 2,19 + 2,81 + 20 )
= 100 – 25
= 75 ml
2. HLB 10
(HLB1 x B1 ) + (HLB2
x B2 ) = HLB campuran x B campuran
( 15
x a ) + ( 4,3 x (5-a)) = 10 x 5
15a + 21,5 – 4,3a = 50
15a – 4,3a = 50 – 21,5
10,7
a = 28,5
a
= 28,5
10,7
a = 2,66/ 2,7
Span 80
= 5 – a
= 5 – 2,7
= 2,3
Aquadest = 100 – ( 2,66 + 2,34 + 20 )
= 100 – 25
= 75 ml
3. HBL 11
(HLB1 x B1 ) + (HLB2
x B2 ) = HLB campuran x B campuran
( 15
x a ) + ( 4,3 x (5-a)) = 11 x 5
15a + 21,5 – 4,3a = 55
15a – 4,3a = 55 – 21,5
10,7
a = 33,5
a
= 33,5
10,7
a = 3,13
Span 80
= 5 – a
= 5 – 3,13
= 1,69
Aquadest = 100 – ( 3,13 + 1,69 + 20 )
= 100 – 25
= 75 ml
4. HLB 12
(HLB1 x B1 ) + (HLB2
x B2 ) = HLB campuran x B campuran
( 15
x a ) + ( 4,3 x (5-a)) = 12 x 5
15a + 21,5 – 4,3a = 60
15a – 4,3a = 60– 21,5
10,7
a = 38,5
a
= 38,5
10,7
a = 3,59
Span 80
= 5 – a
= 5 – 3,59
= 1,41
Aquadest = 100 – ( 3,59 + 1,41 + 20 )
= 100 – 25
= 75 ml
v Foto hasil pengamatan
- Proses
pemanasan fase minyak pada suhu 80oC
- Proses
penimbangan tween 80
- Proses
penimbangan span 80
- Proses
pemanasan fase air pada suhu 80oC
Proses
pencampuran fase air ( Aquadest + tween 80 ) dan fase minyak ( paraffin cair +
span 80 )
- Campuran
antara fase air dan fase minyak
No comments:
Post a Comment