Sunday, June 28, 2020

ANALISIS KADAR NATRIUM (Na) DAN KALIUM (K) DALAM MADU HUTAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS KADAR NATRIUM (Na) DAN KALIUM (K) DALAM MADU HUTAN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALYSIS OF THE LEVELS OF SODIUM (Na) AND POTASSIUM (K) IN FOREST HONEY WITH  ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRY METHOD

JUMRAHYANA
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur
           2019
    
       ABSTRAK

Madu merupakan salah satu sumber daya alam yang mengandung berbagai nutrisi, mineral bermanfaat bagi manusia. Sebagian besar mengkonsumsi madu ini dengan tujuan kesehatan atau obat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kandungan Natrium dan kalium beserta kadarnya yang terdapat di dalam madu hutan. Analisis kedua logam tersebut menggunakan metode dektruksi kering serta uji kualitatif berdasarkan uji nyala api dengan menggunakan kawat dan Uji kuantitatif dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom. Berdasarkan analisa kualitatif menunjukkan bahwa Madu hutan positif mengandung natrium yang ditandai dengan terdapatnya warna kuning pada nyala api dan mengandung kalium yang ditandai dengan terdapatnya warna ungu pada nyala api. Berdasarkan hasil analisis kadar natrium dan kalium pada madu hutan yang berasal dari Daerah Masamba, Kabupaten Luwu Utara memiliki kadar Kalium lebih tinggi dibandingkan kadar Natriumnya.

Kata kunci : Madu,mineral,natrium, kalium,Spektrofotometri Serapan Atom


ABSTRACT

Honey is one of the natural resources that contain a variety of nutrients, minerals beneficial to humans. Most consume this honey with the goal of health or medicine. This research aims to determine the content of sodium and potassium and its origin in the forest honey is derived from masamba, North Luwu regency. The analysis of the two metals uses a dry digestion method and a qualitative test based on the flame test formed in the forest honey using wire and quantitative test using by the Atomic Absorption Spectrophotometry. In qualitative analysis indicates that the positive forest honey contain sodium characterized by the occurrence of yellow color in the flame an contains potassium marked with the occurrence of purple in the flame. Based on the results of analysis of sodium and potassium in forest honey originating from Masamba district in North Luwu district has higher potassium levels than the sodium levels.

Keywords : honey, minerals, sodium,potassium, Atomic Absorption Spectrophotometry

PENDAHULUAN

Kesadaran masyarakat Indonesia tentang manfaat mengkonsumsi madu alami semakin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi pengolahan madu. Sebagian besar memanfaatkan madu ini untuk tujuan kesehatan atau obat karena mereka percaya terhadap keaslian dan manfaat madu alami. Disamping itu, Indonesia memiliki  keanekaragaman hayati akan jenis lebah serta madu yang dihasilkan sangat kaya akan komponen bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan (Jaya, Firman. 2017). 
Madu hutan disebut madu multiflora karena diproduksi dari berbagai-macam tanaman yang berlainan. Umumnya madu hutan berwarna coklat kehitaman. Hal ini karena madu hutan banyak mengandung mineral, enzim dan berbagai zat bermanfaat lainnya yang lebih lengkap bila dibandingkan dengan jenis madu lainnya yang berwarna lebih terang. Madu hutan merupakan madu alami yang dihasilkan dari lebah yang mendapatkan makanan dari bahan alam, bukan dari makanan yang sudah disediakan oleh manusia. Sekarang ini banyak orang yang membudidayakan lebah, dengan menyediakan makanan yang diperlukan oleh lebah madu dan dapat menghasilkan madu. Namun, kualitas dan kuantitasnya berbeda dengan madu asli (Muslim, Teguh. 2018).
Tubuh membutuhkan nutrisi berupa mineral, Mendapatkan nutrisi berkualitas merupakan syarat mutlak untuk memperoleh kesehatan yang mendasar. Salah satu kandungan Mineral pada Madu berguna untuk menstabilkan keasaman dan penting sekali untuk memelihara keseimbangan asam dalam tubuh. Madu termasuk makanan yang mengandung basa. Oleh karena itu nilai gizi makanan dan keampuhannya sebagai obat akan bertambah, tergantung pada kandungan alkali dalam madu (Hasbi, M. 2015). 
Kadar mineral di dalam madu dapat meningkatkan taraf kesehatan bagi yang mengkonsumsi madu tersebut antara lain natrium berperan dalam menjaga keseimbangan cairan dan asam basa tubuh dan kalium berperan dalam mengatur fungsi kontraksi otot dan tekanan darah. Kalium dan natrium merupakan salah satu pasangan mineral yang saling bekerja sama memelihara keseimbangan cairan elektrolit tubuh dimana fungsi kalium untuk melengkapi fungsi dari natrium (Maslicha, Sari & Anang, T W. 2017).
Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Putu Setya dkk (2016), analisis kadar natrium dan kalium pada madu alami dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom, standar natrium diukur pada panjang gelombang 330,3 nm dan standar kalium diukur pada panjang gelombang 404,4 nm. Kadar natrium yang diperoleh yaitu 236,6898 (mg/kg) dan kadar kalium yaitu 94,9175 (mg/kg). Dimana, kadar natrium yang diperoleh  lebih tinggi dibandingkan dengan kadar kalium. Ini disebabkan karena kadar mineral madu tidak selalu sama tergantung pada kondisi geografis dan sumber mineral dari tanah (Putu, Setya. Dkk. 2016).
Analisis laboratorium untuk menetapkan kadar Natrium dan Kalium dalam madu seringkali menggunakan metode yang melibatkan teknik instrumentasi spektrofotometri serapan atom (Atomic Absorption Spectrophotometry). Spektrofotometri serapan atom merupakan salah satu teknik instrumentasi yang paling penting untuk analisis logam dilingkungan berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Atomic Absorption Spectrophotometry relatif mudah digunakan, reliabel dan dengan biaya yang cukup ekonomis ketimbang teknik instrumentasi lainnya (Sinaga, R. B, 2017)
Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah berapakah kadar Natrium (Na) dan Kalium (K) yang terdapat dalam madu hutan dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom ?
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kadar Natrium (Na) dan Kalium (K) dalam Madu hutan dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom.
Adapun manfaat penelitian untuk memberikan informasi mengenai kadar mineral yang terdapat dalam madu hutan sebagai uji pendahuluan dan pengembangan ilmu pengetahuan terkait kesehatan dan farmasi sehingga dapat dijadikan salah satu pilhan alternative pengobatan herbal dan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.


METODE KERJA
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium yang bertujuan untuk menentukan kadar Natrium (Na) dan Kalium (K) yang terdapat dalam Madu hutan dengan menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2019 di Laboratorium Kimia, Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Makassar
Alat dan Bahan Yang Digunakan
Alat  alat Yang Digunakan
Alat Spektrofotometer Serapan Atom (AAS), batang pengaduk, botol kaca, bunsen, cawan porselin, corong gelas, gelas ukur 10 ml dan 100 ml, hot plate, kawat/ ose bulat, tanur listrik, Timbangan digital.
Bahan- bahan Yang Digunakan
Aquadest, HCL, HNO3 (Asam nitrat) , larutan induk Natrium (Na), larutan induk Kalium (K), kertas saring whatman, Madu Hutan, 
Metode Penelitian
Pengambilan Sampel
Madu hutan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari pedagang madu hutan yang diperoleh dari daerah Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara.
Pengolahan Sampel
Madu hutan yang sudah diperoleh di bawa ke laboratorium. Setelah sampel tiba di laboratorium, sebelum sampel madu hutan dianalisis dihomogenkan terlebih dahulu kemudian ditimbang sebanyak 10 gram dalam cawan porselen.
Preprasi sampel
Madu hutan didalam cawan porselen sebanyak 10 gram. Kemudian diarangkan diatas hot plate sampai berbusa kecoklatan kemudian di pindahkan ke dalam tanur  dan diabukan pada suhu 450ºC selama 24 jam. Abu yang dihasilkan dibiarkan dingin hingga suhu pada suhu kamar. Bila masih terdapat sisa karbon tambahkan 2 ml HNO3 kemudian dipanaskan kembali di atas hot plate hingga kering. Selanjutnya diabukan kembali selama 4 jam hingga diperoleh abu yang berwarna putih.
Prosedur Kerja
Penyiapan Larutan Sampel
Madu hutan hasil destruksi kering ditambahkan 5 ml HNO3 kemudian di panaskan hingga volumenya setengah dari volume sebelumnya. Setelah itu tambahkan aquadest  sebanyak 50 ml. Kemudian di saring dengan kertas saring Whatman. filtrat selanjutnya ditampung dalam wadah botol kaca. Larutan hasil penyaringan siap untuk diteliti.
Analisis Kualitatif
Uji nyala
Unsur Natrium 
Disiapkan Madu hutan, diambil kawat dan dicelupkan terlebih dahulu kedalam HCL lalu dipijarkan di atas bunsen untuk membersihkannya dari kotoran yang menempel. Setelah itu, kawat di celupkan ke dalam Madu hutan kemudian dipijarkan di atas bunsen. Amati warna nyala api yang terjadi hingga terbentuk warna Kuning menyatakan positif mengandung natrium. 
Unsur Kalium
Disiapkan Madu hutan, diambil kawat dan dicelupkan terlebih dahulu kedalam HCL lalu dipijarkan di atas bunsen untuk membersihkannya dari kotoran yang menempel. Setelah itu, kawat di celupkan ke dalam Madu hutan kemudian dipijarkan di atas bunsen. Amati warna nyala api yang terjadi hingga terbentuk warna Ungu menyatakan positif mengandung Kalium.
Analisis Kuantitatif Secara Spektrofotometri Serapan Atom
Natrium (Na)
Pembuatan Larutan Standar Natrium (N) 100 ppm
Diukur sebanyak 10 ml larutan induk 1000 ppm kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. dilarutkan dan cukupkan volumenya hingga tanda batas dengan aquadest hingga diperoleh larutan standar natrium 100 ppm.
Pembuatan Kurva Kalibrasi
Diukur larutan standar natrium 100 ppm masing-masing sebanyak 0,05 ml, 0,1 ml, 0,15 ml, 0,2 ml dan 0,25 ml. Dilarutkan sampai homogen dan dicukupkan volumenya hingga tanda batas dengan aquadest hingga diperoleh larutan dengan konsentrasi masing-masing 0,1 ppm, 0,2 ppm, 0,3 ppm, 0,4 ppm dan 0,5 ppm
Penetapan kadar dalam Sampel
Diukur sebanyak 1 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang 330,3 nm
Kalium (K)
Pembuatan Larutan Standar Kalium (K) 100 ppm
Diukur sebanyak 10 ml larutan induk 1000 ppm kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. dilarutkan dan cukupkan volumenya hingga tanda batas dengan aquadest hingga diperoleh larutan standar Kalium 100 ppm.
Pembuatan Kurva Kalibrasi
Diukur larutan standar Kalium 100 ppm masing-masing sebanyak 0,1 ml, 0,2 ml, 0,3 ml, 0,4 ml dan 0,5 ml. Dilarutkan sampai homogen dan dicukupkan volumenya hingga tanda batas dengan aquadest hingga diperoleh larutan dengan konsentrasi masing-masing 0,2 ppm, 0,4 ppm, 0,6 ppm 0,8 ppm dan 1,0 ppm.
Penetapan kadar dalam Sampel
Diukur sebanyak 1 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. kemudian diukur absorbansinya dengan menggunakan metode spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang 404,4 nm.
F.  Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan metode kurva standar, persamaan regresi linear dibuat berdasarkan data absorbansi dan konsentrasi dari larutan standar. Sehingga kadar senyawa Natrium (N) dan  Kalium (K) dapat dihitung dengan bantuan persamaan kurva baku sebagai berikut :  
 Y = a + bX
Keterangan :     a = intersept 
b = Slope
Y= absorban/serapan sampel
X = konsentrasi sampel
Nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
a =   (∑y- b.∑x)
n
b = (n.∑xy- b.∑y)
(n∑x2- (∑x)2 )







HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data pada tabel berikut :
Tabel 2. Hasil Analisis Kualitatif Natrium (Na) dan Kalium (K) Dalam Madu Hutan 

No
Jenis mineral

Sampel
Warna Nyala Api
Berdasarkan literatur

Ket.

1
Natrium
(Na)

A

Kuning

Kuning

Positif

2
Kalium
(K)

B

Ungu

Ungu

Positif

Sumber : Mukhtar (2017).
Pada tabel 2. Menunjukkan bahwa madu hutan mengandung mineral natrium dan kalium. Sampel dinyatakan positif terdapat natrium dan kalium dalam madu hutan sesuai dengan uji yang terdapat pada tabel 2.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Analisis Kuantitatif Natrium (Na) Secara Spektrofotometri Serapan Atom
No.
Kode Sampel
Berat 
(g)
Serapan 
Kadar 
(mg/kg)




1
A
10 g
0,0587
115.85


2
B
10 g
0,0371
42.75



Tabel 4. Hasil Perhitungan Analisis Kuantitatif Kalium (K) Secara Spektrofotometri Serapan Atom
No.
Kode sampel
Berat 
(g)
Serapan 
Kadar 
(mg/kg)

1
A
10 g
0,2384
1737.30

2
B
10 g
0,4707
3441.88

Keterangan : 
A = Madu hutan 
B = Madu hutan
Pada tabel 3. Dan tabel 4. Menunjukkan bahwa dalam madu hutan terdapat kandungan natrium (Na)  dan kalium (K). Dari data hasil pengukuran kadar natrium (Na) dan kalium (K) dalam madu hutan dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom yaitu untuk kadar natrium pada sampel A sebanyak 115.85 mg/kg, sampel B sebanyak 42.75 mg/kg. Sedangkan untuk kadar kalium pada sampel A sebanyak 1737.30 mg/kg dan B sebanyak  3441.88 mg/kg.

Pembahasan
Pada penelitian ini dilakukan Analisis kadar Natrium dan Kalium pada Madu hutan. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu analisis Kualitatif dengan uji nyala untuk mengetahui jenis mineral ( Natrium dan Kalium) yang terkandung di dalam madu hutan berdasarkan warna nyala api yang dihasilkan yang selanjutnya akan dilanjutkan analisis secara kuantitatif dengan menggunakan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) yaitu suatu metode analisis yang digunakan untuk penentuan unsur-unsur logam .
Proses analisa diawali dengan melakukan analisis kualitatif terlebih dahulu. Dimana, ujung kawat dibersihkan dengan mencelupkannya ke dalam HCL. Tujuannya yaitu HCL akan melarutkan pengotor/zat pengganggu yang mungkin menempel, sehingga pengotor tersebut akan mudah menguap dari kawat. Kawat dikatakan sudah bersih jika warna api sebelum dan saat kawat dibakar sama, dalam hal ini warna jingga. Kemudian dicelupkan kedalam madu hutan yang akan diuji. Madu hutan yang menempel pada ujung kawat dimasukkan ke dalam nyala api untuk melihat warnanya.  
Kemudian dilanjutkan dengan analisis kuantitatif dengan  pembuatan larutan sampel yaitu menggunakan metode destruksi kering dengan tujuan untuk melakukan perombakan senyawa-senyawa organik di dalam sampel menjadi logam-logam anorganik dengan jalan pengabuan sampel. Prosesnya diawali dengan diarangkan madu hutan yang telah ditimbang diatas hot plate sampai berbusa kecoklatan. Tujuan digunakan hot plate yaitu agar dapat meminimalkan asap yang muncul pada saat pengabuan. Setelah itu, dipindahkan ke dalam tanur untuk diabukan pada suhu 450ºC penggunaan tanur karena suhunya dapat diatur sesuai dengan suhu yang telah ditentukan untuk proses pengabuan selama 24 jam hingga diperoleh abu yang berwarna putih kemudian hasil dekstruksi ditambahkan HNO3 sebanyak 5 ml kemudian dipanaskan di atas Hot plate sampai volumenya setengah dari volume sebelumnya. Penambahan larutan HNO3 bertujuan untuk mempercepat terjadinya oksidasi. Setelah itu ditambahkan Aquadest 50 ml kemudian disaring menggunakan kertas saring whatman dan filtrat selanjutnya ditampung dalam wadah botol kaca sehingga diperoleh larutan sampel.
Larutan sampel yang telah dibuat, dianalisis secara kuantitatif. Analisis  kuntitatif bertujuan untuk mengetahui kadar mineral yang terdapat dalam madu hutan tersebut.
Pada analisa kualitatif diperoleh hasil bahwa Madu hutan positif mengandung Natrium yang ditandai dengan terdapatnya warna kuning pada nyala api dan mengandung Kalium yang ditandai dengan terdapatnya warna ungu pada nyala api hal ini sesuai berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mukhtar (2017). Hal yang sama dikemukakan oleh Vogel (1985) yaitu dengan terbentuknya nyala api warna kuning menandakan adanya kandungan natrium dan terbentuknya nyala api warna ungu menandakan adanya kandungan Kalium. 
Pada analisa kuantitatif yaitu penentuan kadar Natrium (N) dan Kalium (K) dengan menggunakan spektrofotometri serapan atom (SSA) sehingga diperoleh hasil kadar Natrium pada madu A sebanyak 115.85 mg/kg, B sebanyak 42.75 mg/kg. Sedangkan untuk kadar Kalium pada sampel A sebanyak 1737.30 mg/kg dan B sebanyak  3441.88 mg/kg dari jumlah sampel yang diteliti. 
Dari hasil penelitian diketahui bahwa kadar Kalium lebih tinggi dibandingkan kadar Natriumnya. Hal ini berefek positif dimana fungsi Natrium yaitu mempertahankan cairan elektrolit tubuh dan menjaga fungsi saraf. Namun, ketika mengonsumsi makanan yang mengandung garam berlebih maka dapat menyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi maka fungsi kalium bisa membantu mengendalikan tekanan darah tersebut. Kalium adalah mineral penting yang diperlukan tubuh untuk kontraksi otot, dan menjaga kesehatan sistem saraf. Dengan mencukupi asupan kalium merupakan faktor yang penting untuk menjaga tekanan darah ketingkat yang baik dan aman.
Perbedaan kadar Natrium (Na) dan Kalium (K) pada Madu hutan disebabkan karena kadar mineral madu tidak selalu sama tergantung pada kondisi geografis dan sumber mineral dari tanah.



KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Madu hutan yang dianalisis dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)  positif mengandung mineral jenis Natrium dengan kadar madu hutan A sebanyak 115.85 mg/kg, B sebanyak 42.75 mg/kg. Sedangkan untuk kadar Kalium pada sampel A sebanyak 1737.30 mg/kg dan B sebanyak  3441.88 mg/kg. Dengan banyaknya kandungan dan khasiat yang terdapat pada Madu hutan. Diharapkan agar dapat melanjutkan penelitian terhadap kandungan mineral yang lainnya. Serta membandingkan kadar mineral pada Madu bermerk dan Madu hutan. Agar bisa dijadikan sebagai bahan informasi bagi masyarakat dan referensi atau acuan bagi penelitian selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Andri, 2010. Teori Dasar AAS. Varian : Jakarta

Arofah dkk. 2015. Makalah analisis fisiko kimia Spektrofotometri Serapan Atom. (online) (https://arofahajah96.blogspot.com/2015/makalah-spektrofotometri-serapan-atom.html?m=1/ Diakses pada 25 Mei 2019 )

Astawan  M. 2010.  Atur Asupan Natrium Secara Cermat . Departemen Gizi dan Pangan Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Askhazkhia. 2017. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) .(https://www.google.com/amp/s/askhazkhia.wordpress.com/2017/01/19/ Spektrofotometri-Serapan-Atom-SSA/amp/. (Online)  Diakses pada 3 Juli 2019 )

Fadil. 2017. Pengujian mineral beserta jenis dan fungsinya. (https://satujam.com/pengertian/mineral. (Online)  Diakses pada 3 Juli 2019 )

Fahmi, Nurul. 2018. Analisis Kadar Kalsium, Kalium dan Magnesium pada Okra (Abelmoschus esculentus (L.) Moench) secara Spektrofotometri Serapan Atom . [Skripsi] Medan : Fakultas Farmasi . Universitas Sumatera Utara. 

Gandjar, I.G., & Rohman, A. 2017. Kimia farmasi analisis. Pustaka pelajar : Yogyakarta 

Hasbi, M. 2015. Madu Dalam Al-Quran (Kajian Tafsir Tahlili terhadap QS. Al-Nahl/16 : 68-69) .  [ Skripsi ] Makassar : Program Pendidikan Ilmu al-Quran dan Tafsir. UIN Alauddin Makassar.

Herto, D.A., Soemirat J. 2015. Toksikologi Lingkungan. Penerbit Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Jaya, Firman. 2017. Produk  Produk Lebah Madu dan Hasil Olahannya. Malang : PT. UB Press.

Junaidi, I. 2010. Ensiklopedia Vitamin, Mineral, dan Zat Berkhasiat Lainnya , Yogyakarta :  PT. Buana Ilmu Populer.

Krisna, 2017. Klasifikasi dan Morfologi Lebah Madu. (online). (https://bukuteori.com/2017/09/16/klasifikasi-dan-morfologi-lebah-madu/ Diakses pada 25 Mei 2019 ).

Khopkar, S. M. 2007. Klasifikasi Dasar Kimia Analitik. Terjemahan oleh Saptorahardjo. UI Press : Jakarta. 

Maslicha, Sari & Anang, T. W. (2017). Hubungan Asupan Kalium dan Natrium dengan Dehidrasi pada Remaja di SMK Muhammadiyah 04 Boyolali. Jurnal Ilmu Gizi, 15 (1) : 1  7

Muslim, Teguh. 2018. Potensi madu hutan sebagai obat dan pengelolaannya di Indonesia. Balikpapan : Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam.

Mukhtar, 2017. Uji nyala. (Online). (https://kupdf.net/download/uji-nyala/.) Diakses pada 20 Oktober 2019 ).

Nurhaliza, A.  2016. Mineral Makro dan Mikro. Fakultas pertanian. Universitas Lampung, Lampung.

Permenkes RI No. 30 tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji. 

Prihatini, S., Permaesih, D & Julianti, E. D. (2016). Asupan Natrium Penduduk Indonesia: Analisis Data Survei Konsumsi Makanan Individu (Skmi) 2014 . Jurnal Gizi Indon, 39 (1) 

Putu, Setya dkk. (2013). Nilai daya hantar listri, kadar abu, natrium, dan kalium pada madu bermerk di pasaran dibandingkan dengan madu alami (lokal) Jurnal Kimia, 7 (2) 

Rahmelia, D., Wahid, M Diah & Said, Irwan . (2015). Analisis Kadar Kalium (K) Dan Kalsium (Ca) Dalam Kulit dan Daging Buah Terung Kopek Ungu (Solanum Melongena) Asal Desa Nupa Bomba Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala. Jurnal Akademika Kimia, 4 (3)

Sari, K dan Bertoni, R. 2014. Kajian manfaat madu hutan anggota JMHI terhadap penyakit kanker dan anti aging. Pontianak : Koordinator Nasional Jaringan Madu Hutan Indonesia.

Situmorang, R Dan Hasanudin, A. 2014. Panduan Manual Budidaya Lebah Madu : Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli.

Sinaga, R. B. 2017. penentuan kadar kalium pada pupuk kalium klorida(kcl) dan pupuk npk dengan metode spektrofotometri serapan atom di balai pengujian dan identifikasi barang Medan . [Skripsi] Medan : Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam  . Universitas Sumatera Utara.

Suarsa,I Wayan. 2015. Spektroskopi. [ Karya Tulis Ilmiah ] Denpasar : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Udayana : Bali
 
Qadar, S., Noor, Alfian & Maming. (2015). Karakteristik Fisika Kimia Madu Hutan Desa Terasa . Jurnal Tehcno Volume  4 (2) 

Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik, Kualitatif Makro Dan Semimikro Edisi Kelima Bangian Kedua. Penerjemah Setiono Dan Hadyana. Kaliman Media Pustaka : Jakarta

Wulandari, D. D. 2017. Kualitas Madu (Keasaman, Kadar Air, dan Kadar Gula Pereduksi) Berdasarkan Perbedaan Suhu Penyimpanan . Jurnal Kimia Riset, 2 (1) 

Yustini, dkk. 2014.  Perbandingan Daya Hambat Madu Alami dengan Madu Kemasan secara In Vitro terhadap Streptococcus beta hemoliticus Group A sebagai Penyebab Faringitis. Jurnal Kesehatan Andalas, 3 (3)

My ramadhan journal#

Precious times🌠 _ my Ramadhan journal " This is My summary when I read Surah Muhammad this morning. There is one paragrap...